
Dibangun sebagai pengintai strategis, pesawat Lockheed SR-71 mampu terbang pada 88.000 kaki dan kecepatan Mach 3. Pilpr harus mengenakan baju khusus untuk memastikan keselamatan mereka. Dan hal ini telah terbukti ketika pesawat mengalami kecelakaan di kecepatan sangat tinggi dan terbang sangat tinggi.
Perlindungan yang diberikan oleh pakaian tersebut telah diuji pada 25 Januari 1966 ketika Blackbird nomor ekor 952 hancur di udara selama penerbangan evaluasi sistem. Misi ini dimaksudkan untuk menyelidiki prosedur yang dirancang untuk mengurangi drag trim dan meningkatkan kinerja Mach tinggi dengan pusat gravitasi (CG) terletak lebih belakang dari biasanya untuk mengurangi stabilitas longitudinal Blackbird itu.
SR-71 dipiloti oleh Bill Weaver dengan spesialis uji terbang Lockheed, Jim Zwayer di kursi belakang. Mereka lepas landas dari Edwards AFB pada 11:20, mengisi bahan bakar dari KC-135, melesawat pada Mach 3,2 dan naik ke 78.000 kaki.
Selama thirty-five-degree bank right turn program mereka mengalami “inlet unstart” yang disebabkan masalah di mesin J-58 sebelah kanan yang memaksa pesawat berputar-putar dengan cepat. Sebuah unstart inlet terjadi ketika gelombang kejut dengan cepat dikeluarkan kembali ke luar inlet. Ketika inlet unstart terjadi sebuah alat yang disebut sistem cross-tie diaktifkan untuk meminimalkan pesawat tidak berputar secara liar. Dan pada saat yang sama juga melakukan restart mesin.
Dikatakan Weaver dalam buku berjudul “SR-71 The Complete Illustrated History of THE BLACKBIRD The World’s Highest, Fastest Plane” yang ditulis oleh mantan pilot Blackbird Kolonel Richard H. Graham, pesawat tidak bisa lagi dikendalikan. “Aku menggerakan tongkat kendali ke kiri dan maju. Tidak ada respon. Saya langsung sadar kami berada dalam situasi perjalanan liar. ”