Peralatan Militer AS Direbut dan Simbol Penghinaan

Peralatan Militer AS Direbut dan Simbol Penghinaan

Sejumlah F-5 dan A-37 yang direbut Angkatan Udara Vietnam Utara di museum Perang Vietnam.
Sejumlah F-5 dan A-37 yang direbut Angkatan Udara Vietnam Utara di museum Perang Vietnam.

Seperti tentara Irak sebelum runtuhnya Mosul pada bulan Juni 2014, tentara Vietnam Selatan sebelum jatuhnya Saigon ke tangan Vietnam Utara terlihat bagus. Benar -benar baik. Di atas kertas.

Jumlah personel yang tinggi dan kualitas peralatan cukup untuk membela dari ancaman asing dan internal. Amerika juga memberi perangkat militer terbaik di dunia bernilai jutaan dolar kepada militer Vietnam Selatan.

Kemudian pada tahun 1974, Amerika menarik pasukannya yang tersisa dari Vietnam Selatan. Perusahaan minyak AS menjelajahi pantai berharap untuk menemukan deposit minyak. Sedangkan Washington berharap banyak sekutunya yang telah menerima  bantuan akan mampu diandalkan.

Setelah membangun pasukan besar berpusat di sekitar Saigon, Amerika berharap bahwa penemuan potensi minyak akan membantu mengubah Vietnam Selatan menjadi negara yang kuat dan kaya. Saigon bisa makmur secara ekonomi. Sedangkan mempertahankan militer yang besar dan dilengkapi dengan baik juga mencegah invasi dari utara. Namun, itu tidak terjadi.

Pada bulan April 1975, Vietnam Utara menyerbu ke Saigon dan tentara Vietnam Selatan ambruk seperti rumah kartu. Tiba-tiba, ratusan APC M-113, tank M-48 Patton dan jeep utility M-151 yang merupakan pendahulu ke Humvee sudah bergabung dengan ikon buatan Soviet seperti tank T-54/55/62 di gudang Vietnam Utara.

Itu belum semuanya. Pada tahun 1975, angkatan udara Vietnam Selatan memiliki 41 Fighters F-5 Freedom dan 95 A-37 dragonflys serta jumlah yang lebih kecil dari pesawat angkut C-130 Hercules, CH-47 Chinooks dan helikopter UH-1 Huey.

Pada tahun 1978, pesawat buatan AS telah terbang operasi bersama pasukan Vietnam Utara yang menginvasi Kamboja dan menggulingkan Khmer Merah. A-37 dilaporkan terbukti jauh lebih efektif untuk misi dukungan udara jarak dekat dibandingkan MiG-19 dan MiG-21 buatan Soviet.

Tak lama kemudian, Hanoi mempensiun semua pesawat tempur ini, kemungkinan karena kurangnya suku cadang. Vietnam mengirim beberapa pesawat ke negara anggota Pakta Warsawa yang menerbangkannya sebagai “agresor” untuk berlatih dogfights. Sesuatu yang ironis mengingat bahwa Amerika Serikat juga menggunakan F-5 untuk mensimulasikan Soviet MiG dalam latihan.

Jatuhnya perangkat keras militer Amerika ke tangan Vietnam Utara menjadi simbol yang menunjukkan kegagalan Pentagon untuk mencapai tujuan dalam perang yang panjang.

Next: Irak Lebih Menyedihkan