Empat tahun lalu, pada Seoul Air Show 2011, pejabat Korea Selatan memperkirakan bahwa 2013 akan melihat awal dari pengembangan pesawat tempur negara itu yang telah lama direncanakan yakni KFX. Penerbangan pertama pesawat kemungkinan akan dilakukan pada 2015, dan produksi pada 2021. Seoul akan memiliki 60% saham dalam proyek tersebut, sementara calon mitra Indonesia dan Turki akan masing-masing memiliki 20%. Tetapi saat ini semua rencana itu meleset.
Pesawat yang direncanakan memang cukup ambisius dan akan menjadi pesawat paling canggih yang dikembangkan Korea Selatan. Pesawat ini diharapkan akan membawa negara tersebut masuk dalam jajaran negara di lapis kedua produsen pesawat tempur.
Defense Acquisition Programme Administration (DAPA) Korea Selatan memberikan daftar panjang persyaratan: kontrol penerbangan fly-by-wire, hands-on-throttle-and-stick pilot controls, helmet-mounted display dan night vision imaging system. Selain itu pesawat juga akan memuat teknologi yang menjadikan pesawt memiliki sifat radar cross section (RCS) rendah. KFX juga akan memiliki radar active electronically scanned array (AESA) dan sensor infrared search and track (IRST).
Sebenarnya sudah umum di dunia pengembangan pesawat tempur bahwa hal-hal yang direncanakan tidak berjalan sesuai rencana.Turki akhirnya tidak jadi bergabung KFX, dan memutuskan untuk membangun pesawat tempur sendiri yang dikenal dengan TFX. Pada Seoul Air Show 2013, pejabat Korea Selatan masih dalam pembicaraan dengan berbagai pemasok, tapi belum ada prototipe pada papan gambar. Memang, itu masih jauh dari keputusan apakah Korea Aerospace Industries (KAI), atau KAL-ASD, sebuah unit dari Korean Air yang akan mengembangkan KFX.
Mungkin unsur terbesar dalam penundaan adalah program kompetisi tempur FX III yang akan menentukan transfer teknologi yang dialokasikan untuk pekerjaan KFX. Sejumlah pesaing berjuang dengan kesepakatan FX III termasuk Lockheed Martin F-35, Boeing mengusulkan F-15 Silent Eagle, dan Eurofighter Typhoon. Eurofighter selalu dianggap orang luar untuk kompetisi, tapi menyatakan setuju untuk transfer teknologi ke KFX. Pada 2013, setelah menit terakhir dari F-15SE, F-35 muncul sebagai pemenang program FX III, meskipun Seoul memotong persyaratan jumlah pesawat dari 60 menjadi 40 saja karena masalah anggaran. (Bersambung)