Kampanye serangan udara Rusia terhadap target ISIS di Suriah telah merusak rencana Amerika. Tetapi sementara itu hingga saat ini pemerintahan Obama tidak dapat memutuskan bagaimana merespons tindakan Moskow tersebut.
The Washington Post mengutip pejabat tinggi AS Minggu 11 Oktober 2015 melaporkan badan-badan intelijen AS yang melatih dan memperlengkapi pemberontak “moderat” di penampungan rahasia di Timur Tengah menyatakan ketidaksenangan dengan kelambanan Washington merespons serangan Rusia.
Para pejabat yang mengutip memo menyebutkan pemerintah AS tidak sepenuhnya menyadari niat Rusia untuk meningkatkan kehadiran militernya di Suriah. Serangan yang dilakukan oleh Angkatan Udara Rusia, telah terlihat tanda-tandanya dengan serangkaian langkah Moskow sebelumnya. Sekutu Amerika telah memberitahu AS sejak pertengahan Agustus bahwa Rusia diduga meminta saluran udara tidak hanya untuk operator angkutan tetapi untuk pesawat tempur dan pembom juga, meskipun pilot Suriah tidak pernah diajarkan bagaimana untuk mengoperasikannya.
“Sudah jelas bahwa sesuatu yang cukup besar itu,” kata pejabat yang berbicara dalam kondisi anonimitas itu.
Namun, meskipun pihak berwenang tahu Rusia mengirimkan ahli militer ke Suriah, kemungkinan serangan Rusia masih dianggap sepi oleh AS hingga akhirnya operasi Rusia merusak “strategi rapuh AS” untuk membangun sebuah kekuatan yang akan mampu berdiri melawan ISIS.