Pertempuran di Suriah sepertinya akan semakin berbahaya setelah Arab Saudi dikabarkan menggenjot pasokan persenjataan kepada tiga kelompok pemberontak di Suriah untuk menanggapi serangan udara Rusia terhadap para pemberontak Suriah.
Dilaporkan BBC, Jumat 9 Oktober 2015 seorang pejabat pemerintah Saudi di Riyadh yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan pasokan persenjataan yang dikirimkan kepada para pemberontak Pemerintah Bashar al-Assad itu adalah persenjataan modern berteknologi tinggi termasuk senjata berpandu, senjata anti-tank.
Dia mengatakan kelompok-kelompok yang disuplai senjata itu tidak termasuk Front al-Nusra dan ISIS yang dianggap sebagai organisasi teroris terlarang. Sebaliknya, senjata dipasok kepada tiga kelompok pemberontak yang selama ini didukung Koalisi Barat pimpinan AS. Tiga aliansi pemberontak itu yakni Jaish al-Fatah (Tentara Penaklukan), Tentara Pembebasan Suriah (FSA) dan Front Selatan.
Dia mengatakan, Saudi tidak menutup kemungkinan memasok senjata rudal permukaan ke udara kepada pemberontak, kendati langkah itu ditentang Koalisi Barat karena takut senjata tersebut malah jatuh ke tangan ISIS. Barat khawatir jika pasokan senjata canggih itu malah berakhir digunakan untuk menembak jatuh pesawat tempur koalisi pimpinan AS atau bahkan pesawat penerbangan sipil.
Sebelumnya, sebanyak 55 ulama dan ilmuwan Kerajaan Arab Saudi mengeluarkan pernyataan mirip fatwa yang mengobarkan jihad melawan Rusia di Suriah. Puluhan ulama itu menyerukan semua faksi oposisi di Suriah bersatu untuk melawan intervensi militer Rusia yang tidak rela rezim Assad tumbang. Pernyataan yang ditandatangani 55 ulama dan ilmuwan Saudi itu diterbitkan Sabtu pekan lalu.
Dalam pernyataan tersebut, kelompok ulama itu juga menuding perlawanan militer Rusia terhadap ISIS hanya tipuan. “Wahai orang-orang kami di Levant (Suriah), Rusia melakukan intervensi hanya untuk menyelamatkan sistem (rezim Assad) dari kekalahan tertentu,” bunyi lanjutan pernyataan tersebut, yang juga dilansir Al Arabiya, Senin lalu.