
Sebuah langkah yang sulit dijelaskan, Rusia mengaku dalam pembicaran dengan Pakistan untuk penjualan jet tempur Su-35. Sesuatu yang pasti akan sulit diterima India dan akan berpotensi mengganggu hubungan kedua negara yang selama ini terkenal sudah cukup baik. Meski Rusia meyakini hal itu tidak akan terjadi.
“Saya tidak berpikir bahwa kontrak yang sedang dibahas akan menimbulkan kecemburuan salah satu pihak,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov sebagaimana dikutip Sputnik pada 9 September 2015 lalu.
Tetapi apakah India benar-benar bisa menerima keputusan Rusia tersebut mengingat India dan Pakistan merupakan dua tetangga yang tidak pernah akur. Sementara akuisi Su-35 akan membawa Pakistan ke garis tepi kemampuan yang mampu mengimbangi India secara nyata. Su-35 akan menjadikan Su-30 yang dibeli India akan berada di belakang.
Lalu bagaimana India akan menanggapi jika benar Rusia melakukan langkah tersebut?
Langkah Rusia untuk memasok Flanker-E ke Pakistan akan secara drastis mengubah peta penjualan senjata di Asia. Hampir bisa dipastikan India akan mencari pesawat yang lebih unggul dibandingkan turunan terakhir dari Su-27 tersebut. Dan 36 jet tempur Rafale yang rencananya dibeli dari Prancis jelas tidak akan mencukupi.
Jika Rusia mulai menjual senjata ke Pakistan, bisa berarti bahwa Perancis dan konsorsium Eurofighter akan berada dalam posisi yang jauh lebih baik di depan India untuk memasok pesawat guna mengganti jet-jet usang seperti MiG-21 dan MiG-23 India yang harus segera dicarikana suksesor. Eurofighter Typhoon atau juga Rafale akan menjadi pesawat yang mampu menandingi jet tempur Rusia milik Pakistan.
Tetapi hal yang juga tidak boleh ditutup kemungkinannya adalah India akhirnya lari ke Amerika Serikat. Dan negara ini akan terbuka untuk masuk dalam program F-35 Lighting II. Amerika sepertinya tidak mungkin menawarkan jet tempur generasi keempat mengingat F/A-18 dan F-16IN yang pernah ditawarkan telah ditolak oleh India. Negara ini membutuhkan platform yang lebih tinggi.