Selama berbulan-bulan industri pertahanan telah disandera, mengawasi dengan cermat keputusan Pentagon yang akan membentuk dunia kedirgantaraan selama beberapa dekade yang akan datang.
Angkatan Udara siap untuk mengumumkan siapa yang akan membangun bomber generasi berikutnya, dan kompetisi tajam. Kedua tim merupakan tiga dari lima kontraktor pertahanan terbaik di negara ini yakni Northrop Grumman, yang membangun B-2 stealth bomber, dan Boeing yang bekerja sama dengan Lockheed Martin. Sebuah kontrak rencananya akan diputuskan di musim panas tetapi kabar beredar akan mundur Oktober.
Informasi baru pekan lalu mengungkapkan apa yang menyebabkan pengunduran jadwal ini. Angkatan Udara menyebut ini sebagai akuisi yang tidak biasa yang dipimpin oleh kantor bayangan, untuk mendapatkan pembom terbaik. Sementara itu, desain bersaing yang dibangun akan jauh berbeda dari yang sebelumnya dikenal dan hampir belum pernah ada sebelumnya.
Program Long Range Strike Bomber (LRS-B) tetap diselimuti misteri, namun berbagai kabar menyiratkan gambaran yang lebih jelas dari bomber masa depan tersebut.Yang jelas pesawat ini harus lebih siluman dari B-2 dengan kemampuan yang akan memproyeksikan kekuatan dan mencegah ancaman hingga abad ke-21. Pesawat juga harus mempu membawa senjata nuklir konvensional dan opsional diawaki. Kemampuan operasional awal dijadwalkan akan didapat pada pertengahan 2020, dengan sertifikasi nuklir yang direncanakan dua tahun setelah itu.
Angkatan Udara telah mulai mengungkapkan rincian tambahan. Pada pertemuan 1 September Selama 1 September sejumlah pejabat mengkonfirmasi bahwa mereka memiliki dua desain yang kuat.
Tantangan berikutnya adalah mengintegrasikan teknologi terkini. Mereka menunjuk integrasi mesin dan penempatan antena ke badan pesawat sebagai daerah potensi risiko, menurut salah satu sumber yang hadir. Para pejabat tampaknya tidak merinci tetapi kemungkinan khawatir komponen ini, yang biasanya mengeluarkan sinyal yang bisa merusak sifat siluman pesawat.
Angkatan Udara belum mengungkapkan secara konkrit terkait kisaran pesawat, payload atau ukuran. Pembom adalah pesawat yang secara tradisional besar dengan jangkauan lebih lama tanpa pengisian bahan bakar di udara dibandingkan pesawat tempur yang memungkinkan untuk melakukan serangan cepat pada target di seluruh dunia.
Tetapi dengan kemajuan teknologi pengisian bahan bakar udara saat ini apakah bomber baru benar-benar membutuhkan jarak jauh tanpa mengisi bahan bakar di jalan? Akankah pesawat lebih besar dari B-2 yang mampu membawa muatan lebih dari 300.000 poun? Dan berapa kemampuan rentang pesawat? semua masih misteri.
Pensiunan Angkatan Udara Letnan Jenderal David Deptula, mantan wakil kepala staf untuk ISR, mengatakan ia melihat LRS-B nantinya akan memiliki radius jangkauan unrefueled 2.500 mil laut. “Ini memberikan kemampuan jangkauan yang cukup untuk melawan salah satu kemampuan anti-akses yang muncul dari Rusia atau Cina,” kata Deptula.
Sumber dalam pertemuan itu mengatakan terkait ukuran dia menunjukkan desain ukuran UCLASS terlalu kecil dan B-2 terlalu besar. Biaya juga bisa membatasi ukuran pesawat.
Pengujian lanjutan, yang tidak biasa ini di awal proses akuisisi, adalah karena program bomber sedang ditangani oleh Rapid Capabilities Office (RCO), sebuah kelompok kecil di dalam Angkatan Udara yang menangani program rahasia. Seperti namanya, RCO mengikuti jalan akuisisi yang berbeda dari yang ada, dengan lebih banyak kebebasan dalam pengadaan teknologi.
Para pejabat juga mengungkapkan rincian tentang roadmap pengadaan selama briefing. Akuisisi awal akan berlangsung di lima tingkat produksi tingkat rendah berjumlah sekitar 20 pesawat, dan dua sampai tiga pesawat uji akan mendahului produksi. Target harga adalah US$550 juta angka yang dinilai sulit untuk dicapai oleh kontraktor.
Untuk membantu mencapai titik harga, Angkatan Udara sedang mencari untuk menarik teknologi yang tersedia daripada meluncurkan perkembangan baru. Pada saat yang sama, Angkatan Udara akan menggunakan pendekatan arsitektur terbuka, mirip dengan yang dilakukan pada program F-22, U-2 dan B-2, untuk merancang pesawat yang dapat dengan mudah ditingkatkan dengan teknologi baru seumur hidup.
Tapi kredibilitas Angkatan Udara baru saja tercoreng karena mereka melakukan kesalahan perhitungan anggaran sehingga biaya naik tajam. Anggota Kongres, termasuk Ketua Komite Angkatan Bersenjata Senat John McCain, telah menyuarakan keprihatinan atas kesalahan tersebut.
Angkatan Udara mengatakan itu menargetkan jalur produksi dari 80 hingga 100 pesawat untuk menggantikan B-52 dan B-1, yang direncanakan akan pensiun pada 2040 atau 2044 dengan perawatan yang tepat. Tetapi dengan usia pesawat yang sudah tua akan semakin sulit dan mahal untuk memastikan mereka dapat melaksanakan misi mereka. (Bersambung)