
Pentagon sedang mengevaluasi apakah kemampuan jet tempur EA-18G Glower untuk melakukan misi cyber bisa dijadikan alasan untuk menambah pesanan pesawat produksi Boeing tersebut.
Kepala Operasi Angkatan Laut Laksamana Jonathan Greenert mengatakan keputusan tentang pemesanan tambahan Growler harus dimasukkan dalam permintaan anggaran Pentagon tahun fiskal 2017, karena Boeing akan menutup jalur produksi setelah semua pesanan dipenuhi.
Greenert mengatakan penting untuk memetakan pesanan tambahan sekarang, mengingat tingginya biaya restart produksi setelah garis ditutup.
“Ini adalah jenis kesepakatan yang tidak boleh gagal,” katanya sebagaimana dikutip Reuters Kamis 3 September 2015. Boeing sedang mengejar pesanan Super Hornet dari beberapa negara asing, tetapi ia tidak percaya bahwa pesanan baru ini cukup banyak untuk mempertahankan garis produksi pesawat itu.
Lini produksi St. Louis Boeing yang membangun F / A-18E / F Super Hornet dan EA-18G Growlers direncanakan akan ditutup pada 2017 kecuali Kongres menambahkan dana untuk 12 atau lebih F / A-18E / F super Hornets untuk rencana anggaran 2016, dan Boeing menandatangani kesepakatan untuk menjual 28 jet ke Kuwait.. Jika pesanan ini dikonfirmasi maka garis produksi bisa diperpanjang hingga 2019
Greenert, yang akan pensiun dan digantikan oleh Laksamana John Richardson pada 18 September mengatakan Angkatan Laut masih percaya pembelian yang direncanakan dari 153 Growlers cukup, tapi lebih banyak pekerjaan yang dilakukan untuk menilai kebutuhan layanan militer lainnya, serta mungkin digunakan untuk misi cyber.
Ia mengatakan Angkatan Laut telah meminta kantor Program Analisis Biaya dan Evaluasi Pentagon untuk mengevaluasi kebutuhan peperangan elektronik dari Angkatan Udara AS dan Korps Marinir.
Menurut sumber yang dekat dengn evaluasi dan penelitian kebutuhan, para pejabat Angkatan Laut memperkirakan bahwa dua layanan ini mungkin perlu sekitar 30 Growler lebih untuk memenuhi kebutuhan mereka. Meskipun kedua layanan ini telah mengatakan berencana untuk memenuhi kebutuhan mereka menggunakan jet tempur Lockheed Martin F-35.
Greenert mengatakan review departemen tentang kebutuhan perang elektronik juga mengungkapkan kemungkinan membutuhkan Growlers atau pesawat lain dengan pod khusus untuk perang cyber yang dapat digunakan untuk jamming atau menginfiltrasi jaringan komputer musuh, dan menghapus informasi.
Isu yang masih sedang dievaluasi oleh layanan militer, dan juga akan melibatkan US Cyber Command dan Kepala Staf Gabungan, menurut Greenert mengharapkan pada proposal anggaran fiskal 2017 memberikan jawaban yang jelas tentang jumlah jet yang diperlukan.
Greenert mengatakan Angkatan Laut sedang melihat kemungkinan kurangnya armada F / A-18E / F yang beroperasi dari kapal induk, mengingat keterlambatan program F-35 dan perbaikan panjang Super Hornet yang ada.
Ia mengatakan Angkatan Laut telah membuat kemajuan dalam mempercepat perbaikan jet tua, yang bisa membatasi kebutuhan Super Hornets.