
Amerika Serikat dan Malaysia diam-diam dikabarkan telah membahas penggunaan wilayah Malaysia untuk hosting pesawat mata-mata untuk melakukan patroli di Laut China Selatan.
Setelah peningkatan aktivitas China di kawasan tersebut, pembicaraan antara pemerintah AS dan kantor Perdana Menteri Malaysia Najib Razak telah diintensifkan. Pihak AS telah menekan pemerintah Najib agar Angkatan Laut AS bisa menempatkan dan menerbangkan baik pesawat P-8 Poseidon dan P-3 Orion dari landasan Malaysia.
Belum ada kesepakatan akhir antara kedua pemerintah, tapi menurut dua pejabat Pentagon yang dikutip Bloombergview di pihak AS, negosiasi dipimpin oleh pejabat dari Komando Pasifik AS di Hawaii dan David Shear, asisten menteri pertahanan untuk keamanan Asia dan Pasifik, kata seorang pejabat senior pertahanan AS.
Seorang juru bicara Pentagon menolak untuk membahas tentang diskusi bilateral ini sementara Kedutaan Besar Malaysia di Washington tidak menanggapi permintaan konfirmasi.
Pada musim gugur lalu Laksamana Jonathan Greenert, kepala operasi angkatan laut, sebagaimana dikutip The New York Times mengatakan bahwa “Baru-baru ini Malaysia telah menawarkan kami untuk menerbangakn detasemen P-8 dari Malaysia Timur.”
Namun Pentagon dan pemerintah Malaysia kemudian menyatakan bahwa tidak ada kesepakatan akhir yang dicapai.
Sumber-sumber diplomatik mengatakan fokus diskusi sekarang pulau Labuan di lepas pantai negara Sabah dekat Kalimantan. Pulau ini lebih dekat di pulau-pulau yang direklamasi China di Laut China Selatan dibandingkan pangkalan yang digunakan saat ini yakni Pangkalan Udara Clark di Filipina.
Pemerintah Malaysia sangat berhati-hati mengungkapkan setiap kerjasama pertahanan dengan AS “Kerjasama keamanan AS-Malaysia sangat rahasia dan sangat tenang dalam waktu yang lama. Malaysia sangat banyak prihatin tentang tindakan China, “kata Ernest Bower, ketua Studi Asia Tenggara di Center for Strategic and International Studies.
Sangat sedikit kesempatan AS benar-benar akan membangun fasilitas militer di Malaysia, tetapi penggunaan wilayah Malaysia adalah kunci. “Ada harapan dari Malaysia untuk memungkinkan akses AS lebih daripada sebelumnya. Ini tempat tidak biasa, “kata Bower.
Patrick Cronin, Direktur Program Keamanan Asia-Pasifik di Center for a New American Security mengatakan AS sedang menyelesaikan rencana untuk lima tahun ke depan dengan anggaran US$ 425 juta yang akan dikhususkan untuk Southeast Asian Maritime Security Initiative, dan beberapa dana lain yang mungkin digunakan untuk latihan dan pelatihan serta berbagi informasi dengan Malaysia, katanya.