Setelah melalui pembicaraan tingkat tinggi Korea Utara dan Korea Selatan mencapai kesepakatan, Selasa 25 Agustus 2015 dini hari untuk mengakhiri situasi yang memanas dan ketegangan militer di antara kedua Korea selama beberapa hari terakhir.
Di bawah kesepakatan yang dicapai dalam perundingan selama dua hari itu, Korut menyatakan penyesalan karena telah melukai dua tentara Korea Selatan (Korsel) dalam insiden ranjau darat. Sementara, Seoul setuju menghentikan propaganda anti-Pyongyang melalui pengeras suara di sepanjang daerah perbatasan.
Korut juga sepakat mengakhiri status “negara siap perang” yang sebelumnya dinyatakan oleh pemimpin Korut, Kim Jong Un, menyusul baku tembak dengan militer Korsel di perbatasan.
Kedua belah pihak akan mengadakan pembicaraan lanjutan untuk membahas berbagai isu terkait perbaikan hubungan kedua negara, termasuk mengatur upaya reuni sejumlah keluarga yang terpisah pada masa Perang Korea. Reuni ini rencananya akan dilakukan selama liburan musim gugur mendatang.
Sebelumnya, Pyongyang membantah telah meletakkan ranjau darat dalam daerah perbatasan yang melukai dua tentara Korea Selatan. Dalam pernyataan itu, Korea Utara tidak secara eksplisit mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Pembicaraan kedua negara terjadi di desa Panmunjom yang terletak dalam Zona Demiliterisasi, DMZ, yang memisahkan kedua Korea. Pembicaraan terjadi sejak Sabtu 22 Agustus tak lama setelah batas waktu yang ditetapkan Pyongyang agar Seoul menghentikan propaganda anti-Korut berakhir.
Seoul dan Pyongyang secara teknis masih berada dalam keadaan perang karena perang Korea pada periode 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan dengan perjanjian damai.