Kenapa Tu-95 Mampu Terbang Hingga 2040? (I): Simbol Pesan

Kenapa Tu-95 Mampu Terbang Hingga 2040? (I): Simbol Pesan

Dua simbol Perang Dingin F-14A US Navy mengawal Tu-95 Bear di atas Samudera Hindia, 1979. US Navy foto.
Dua simbol Perang Dingin F-14A US Navy mengawal Tu-95 Bear di atas Samudera Hindia, 1979. US Navy foto.

Bomber tua ini masih terlibat dalam serangan uara jarak jauh Rusia yang dilakukan terhadap sejumlah target di Suriah. Sebuah bomber legendaris yang menjadi simbol perang dingin.

Jika melihat bomber strategis Rusia Tu-95 Bear maka seperti melihat anakronisme terbang 59 tahun. Sebuah pesawat sisa Perang Dingin yang masih hidup dan lama di abad yang siluman adalah raja.

The Bear telah menunjukkan tanda-tanda usia. Dalam beberapa bulan terakhir, dua Tu-95 kecelakaan yang mengakibatkan 50 pesawat digrounded untuk menyelesaikan masalah mekanis.

Selain itu, Bear benar-benar pesawat yang berisik dan sangat mudah dideteksi. Bahkan raungan mesin turbopropnya  benar-benar keras hingga kapal selam di dasar laut pun tanpa perlatan bisa mendengar ketika Bear melintas di atasnya. Selain itu tubuhnya yang besar akan menjadikan radar dengan santai bisa menangkap gerakannya.

Tapi jenius penerbangan era Perang Dingin Andrei Tupolev tidak bodoh. Dia merancang sebuah pesawat yang dapat membawa satu neraka dari beban yang dia bawa berupa bom dan rudal, mampu terbang ribuan mil dari pangkalan di Rusia, berkeliaran di tepi wilayah udara musuh, dan memberikan kehancuran megaton nuklir.

Seperti pada 4 Juli 2015 lalu beberapa pembom Bear terbang mendekati pertahanan udara zona identifikasi pertahanan udara Amerika di California dan Alaska. Bahkan, beberapa Bear terbang hanya dalam jarak 40 mil dari garis pantai California.

Secara teknis, para pembom itu masih dalam wilayah udara internasional. Tapi semua juga tahu  Kremlin sedang mengirim pesan dengan mengirimkan bombernya.

“Misi menerbangkan Tu-95 benar-benar dirancang dan terutama dimaksudkan untuk menunjukkan kebanggaan Rusia dan identitas nasional,” kata Scott Palmer, profesor sejarah di Western Illinois University dan penulis Dictatorship of the Air: Aviation Culture and the Fate of Modern Russia. (Bersambung)