Ketakutan Barat tentang “invasi Rusia” kini menjalar ke ranah media. AS dan sekutu Eropa tidak hanya meningkatkan kemampuan militer mereka di darat dan udara, tetapi juga mempersiapkan perang besar di media massa dan sosial.
Situs resmi dari Kedutaan Besar AS di Vilnius baru-baru ini merilis informasi bahwa Amerika Serikat meluncurkan kampanye pendidikan untuk wartawan dari wilayah Baltik untuk mempersiapkan mereka melawan apa yang mereka sebut propaganda Kremlin
Program pelatihan akan terdiri dari beberapa tahap, termasuk magang di Amerika Serikat. Tujuan resminya adalah untuk “berkontribusi untuk memverifikasi lanskap media,” dan mengajarkan wartawan bagaimana untuk melawan disinformasi yang telah meningkat sejak awal krisis Ukraina.
Sejak konflik di Ukraina pecah, negara-negara Barat membuat berbagai upaya untuk memberikan label negatif kepada Rusia di mata internasional.
Untuk mengatasi propaganda Rusia Uni Eropa telah mendirikan unit khusus yang bertugas untuk mengawasi media Rusia dan mempromosikan kegiatan lembaga Uni Eropa.
Namun langkah itu dinilai media Ceko Nova Republika memiliki efek sebaliknya karena banyak penduduk negara-negara Eropa dan Amerika Serikat telah memilih “sisi yang salah” dan justru mulai bersimpati dengan Rusia dan pejuang pejuang pro-kemerdekaan di Timur Ukraina
Nova Republika menulis AS, tampaknya tidak senang dengan kegagalan ini, memutuskan untuk pergi lebih jauh dan menguji strategi informasi baru di antara tetangga langsung Rusia. Menurut situs dari Kedutaan Besar AS di Vilnius, para pejabat AS berusaha untuk membuat wartawan dari bekas republik Soviet lebih “aktif” dan “matang” karena mereka sering kekurangan “instrumen” untuk menahan pengaruh media Rusia.
Namun, kritikus sebagaimana dikutip Der Tagesspiegel, media Jerman, berpendapat bahwa tujuan dari pelatihan ini adalah untuk tidak mengajarkan bagaimana jurnalis untuk melawan apa yang disebut ” propaganda Kremlin”, tetapi lebih menginginkan agar media pada posisi pro-Amerika.
Ilmuwan politik Andranik Migranyan percaya bahwa Barat takut kehilangan perang informasi melawan Moskow dan Baltik sebagian besar berbahasa Rusia.
Sumber: Sputnik