Untuk Membunuh Satu Anggota ISIS, AS Butuh Rp2,4 Miliar
Defense.gov

Untuk Membunuh Satu Anggota ISIS, AS Butuh Rp2,4 Miliar

isis

Sudah setahun Amerika Serikat dan koalisinya meluncurkan kampanye militer terhadap ISIS di Suriah dan Irak. Sejujurnya, hasil dari operasi militer yang dipimpin AS tidak mengesankan dan mahal.

Kritik tajam itu disampaikan Le Huffington Post, sebuah media di Prancis yang melaporkan Amerika Serikat, sebuah negara adikuasa yang memiliki 37 persen dari seluruh pengeluaran militer dunia, bahkan tidak bisa mengalahkan sebuah organisasi dengan dengan puluhan ribu pejuang dan bersenjata ringan.

Departemen Pertahanan mengungkapkan bahwa biaya operasi militer anti-ISIS mencapai US$3,5 miliar atau sekitar Rp47,6 triliun (kurs Rp13.600) selama periode satu tahun, dengan serangan udara mengambil 75 persen dari total biaya. Lebih dari US$10 juta (sekitar Rp136 miliar) dihabiskan setiap hari, yang setengahnya dikhususkan untuk biaya penerbangan saja.

Le Huffington Post membuat hitung-hitungan lebih rinci dari anggaran tersebut. Media itu menulis untuk mencapai sasaran ISIS sebuah pesawat menghabiskan biaya US$300.000 (sekitar Rp4 miliar). Dengan sejumlah perhitungan akhirnya media itu menyimpulkan untuk membunuh seorang milisi saja Amerika harus menghabiskan duit US$175.000 (Rp2,4 miliar).

Dalam laporan yang dikutip Sputnik Selasa 18 Agustus 2015 itu menyebutkan bahwa yang menjadi masalah bagi militer AS adalah terlepas dari berapa banyak target serangan udara yang telah mereka menghancurkan atau berapa anggota ISIS yang telah mereka membunuh, faktanya organisasi ini terus berkembang melalui rekrutmen yang efektif. Bahkan, para ahli militer percaya sekarang ISIS memiliki anggota yang lebih aktif dalam sejak Agustus lalu, ketika kampanye anti-ISIS dimulai.

Bulan lalu, US Army Jenderal Joseph Votel, kepala Komando Operasi Khusus (SOCOM), mengatakan bahwa perang AS melawan ISIS bisa berlangsung 50 tahun. Menurut Jenderal AS, ketika ISIS dihentian di satu daerah maka dengan cepat mereka mengalihkan perhatian ke daerah lain. “Saya tidak percaya ada satu strategi yang bisa mengubah ini dengan segera. Ini akan membutuhkan pendekatan jangka panjang,” kata Jenderal Votel.

Sekarang komando militer AS dikabarkan mempertimbangkan untuk mengirim pasukan darat ke Irak jika tidak ada kemajuan dalam kampanye anti-ISIS dalam beberapa bulan ke depan.