Jadi Begini Peran Raptor dalam Perang ISIS

Jadi Begini Peran Raptor dalam Perang ISIS

F-22 Raptor
F-22 Raptor

Dengan harga mencapai lebih dari US190 juta per unit, banyak yang ditawarkan F-22 Raptor. Jet tempur Angkatan Udara Amerika ini dapat mengatasi sistem pertahanan udara paling canggih, hampir tidak terdeteksi radar, melesat dengan kecepatan supersonic tanpa afterburner dan sistem senjata mematikan.

Pesawat ini untuk kali pertama mencium arena perang saat koalisi pimpinan AS menggempur ISIS di Irak dan Suriah. Tetapi ternyata dalam waktu 10 bulan keterlibatannya, Raptor terhitung sedikit dalam melakukan misinya. Pesawat siluman ini hanya melakukan 204 misi dengan menyerang 60 target di darat dengan 270 bom. Dalam kurun waktu  yang sama sejak Agustus 2015 lalu AS melakukan hampir 44 000 misi, termasuk pengamatan dan dan menyerang dengan hampir 7 900 target dihancurkan.

Apakah F-22 tidak efektif dalam perang itu hingga hanya melakukan tidak begitu banyak misi dan setelah 10 bulan di kancah peran?  Angkatan Udara memastikan bukan itu masalahnya. F-22 Raptor diterjunkan pada perang ini karena memang memiliki peran khusus. Raptor diberi tugas untuk mendampingi dan melindungi pesawat tempur lain.

Sekretaris Angkatan Udara AS Deborah Jee Jmes menjelaskan ketika memulai kampanye, terutama di Suriah, taruhan untuk pilot AS dan koalisi sangat besar karena Suriah memiliki sistem pertahanan udara yang cukup baik. Dan Raptor menjaga serta mengumpulkan informasi tentang musuh di cakrawala untuk memastikan medan dalam kondisi aman.

” F-22 memastikan pesawat AS yang lain bisa lebih lama tinggal di udara dengan aman,” jelas Deborah sebagaimana dikutip sejumlah media Barat Senin 27 Juli 2015. “Mereka membuat tim bisa bekerja dengan baik.”

Angkatan Udara mengakui bahwa perang terhadap ISIS sebenarnya terlalu rendah untuk F-22. “Saya tidak akan mengatakan bahwa bahaya besar,” wakil komandan Air Combat Command Angkatan Udara Amerika Serikat Mayor Jenderal JD Harris di Pangkalan Langley di Virginia,. Di Irak dan Suriah, tugas yang paling penting untuk F-22 adalah “untuk mendominasi langit” dan untuk menjaga mesin dari angkatan udara lainnya bisa terbang dengan leluasa.

“Perang ini tidak layak untuk F-22,” kata Loren Thompson, kepala Lexington Institute, sebuah think tank yang berbasis di Virginia. ” Namun, masuk akal untuk menggunakan mesin ini di Suriah karena militer AS mungkin merasa tidak aman, jika rezim Suriah bereaksi. Negara ini memiliki pertahanan udara modern dan AS ingin meminimalkan risiko.”

Mayor Cameron yang menerbangkan F-22 di Irak sebagai bagian dari misi Air National Guard mengatakan selama misi, satu F-22 mengawal dan melindungi enam jam pesawat tempur lainnya.  Dia membantu F-16 dan jet tempur lainnya untuk mencapai target mereka, katanya. “Tugas Anda adalah untuk untuk menemukan sasaran dan meminimalkan kerusakan. Setelah itu pesawat lain yang mengakhiri,” kata Cameron.

F-22 adalah “mata lain di langit”.