China sedang mengembangkan setidaknya lima model kendaraan udara tak berawak (UAV) berukuran besar. Demikian dilaporkan Duowei News, outlet berita politik China yang berbasis di AS.
Berdasarkan penelitian Duowei, China saat ini sedang mengembangkan drone tempur Sharp Sword dan Soar Dragon. Sedangkan UAV dengan kemampuan terbang tinggi dan daya tahan lama China mengembangkan Condor, Sky Wing 3 dan Long Eagle.
Sharp Sword adalah variasi dari AVIC seri 601-S yang dikembangkan bersama oleh Aviation Industry Corporation of China, Shenyang Aerospace University dan Hongdu Aviation Industry Group. Drone didukung oleh mesin turbofan RD-93 Rusia dengan memiliki lebar sayap 14 meter yangtelah melakukan penerbangan perdana 20 menit di barat daya China pada bulan November tahun 2013.
Sharp Sword dianggap mirip dengan drone AS X-47B yang dikembangkan oleh Northrop Grumman yang memiliki kemampuan siluman dan daya gempur yang kuat. Terbuat dari tungsten dan bahan komposit lainnya, misi utama Sharp Sword adalah pengintai, tetapi juga dapat digunakan untuk pertempuran, penyelamatan dan anti-pembajakan dan misi anti-terorisme.
Sedangkan Soar Dragon dirancang oleh Chengdu Aircraft Industry Group (Caig) dan dibangun oleh Guizhou Aircraft Industry Corporation. Menampilkan sebuah tandem wingplan. Pesawat tanpa awak ini memiliki kemampuan pengawasan, pengintaian dan pengumpulan intelijen. Drone pertama kali diresmikan pada Juni 2011 dan diyakin telah menjalani uji radar cross section dan tes elektromagnetik.
Tujuan utama dari Soar Dragon adalah pengintaian udara, meskipun juga diharapkan akan dilengkapi dengan sensor yang cocok untuk menunjuk kapal angkatan laut untuk menargetkan oleh rudal balistik anti-kapal dan rudal jelajah. Drone ini memiliki panjang 14,3 meter, lebar sayap 25 m, tinggi 5,4 m dan berat lepas landas 7.500 kilogram. Drone ini dilengkapi dengan mesin turbojet Guizhou WP-13 yang , memungkinkan untuk kecepatan jelajah 750 km per jam, rentang terbang 7.000 km, daya tahan 10 jam dan ketinggian 18.000 m.
