Jumlah Jet Tempur Inggris akan Terendah Dalam Sejarah

Jumlah Jet Tempur Inggris akan Terendah Dalam Sejarah

typhoon

 

Armada pesawat tempur yanag dimiliki Inggris akaan menyusut ke level terkecil dalam sejarah setelah jet-jet tua pensiun pada akhir dekade ini. Jumlah jet tempur mereka hanya akan tinggal sekitar 127  setelah rencana mempensiun Tornado GR4 dan Typhoon produksi awal tahun 2019. Sementara penggantinya F-35 akan datang terlambat.

Analisis dari IHS Jane memperingatkan akan menjadi kesalahan besar untuk mengurangi jumlah pesawat tempur terus-teusan. Saat ini Royal Air Force (RAF) memiliki 87 Tornado dan 53 Typhoon tua yang dijadwalkan untuk pensiun pada tahun 2019.

Pada saat itu, hanya 15 sampai 20 F-35B yang baru akan tiba. Sehingga jumlah armada akan mencapai titik terendah dalam sejarah RAF sejak 1918.

Memang pesawat yang tersisa dan penggantinya nanti adalah pesawat dengan kemampuan canggih. Tetapi itu bukan jaminan. “Jika tidak ada pesawat, tidak peduli seberapa mampu, mereka harus ada lebih dari satu tempat pada waktu bersamaan “, kata Gareth Jennings, redaktur desk penerbangan IHS Jane sebagaimana dikutip Telegraph Selasa 21 Juli 2015.

Komandan RAF telah memberitahu David Cameron untuk berusaha menyediakan jet tempur dalam waktu cepat untuk melindungi wilayah udara Inggris, patroli di Falklands, meningkatkan penerbangan NATO di Eropa Timur dan melakukan misi serangan ke ISIS di Irak.

Analisis mengatakan bahwa dengan ancaman-ancaman tidak mungkin diselesaikan dalam waktu dekat, “Hilangnya banyak kekuatan udara Inggris pada waktu yang genting seperti ini tampaknya agak menyimpang”.

Jenderal Sir Nick Houghton, Kepala Staf Pertahanan, menggunakan konferensi kekuatan udara di London pekan lalu untuk memperingatkan publik tentang tipisnya kemampuan RAF.

Dia mengatakan RAF itu sekarang berada dalam situasi sangat batas dalam hal ketersediaan dan kapasitas jet cepat “.

Jika Departemen Pertahanan memenuhi janjinya untuk membeli setidaknya 48 jet F35, jumlah pesawat tempur yang akan dipensiun akan mencapai total 155 jet hingga dekade berikutnya.

BAE Systems, yang membuat Typhoon, dan banyak pemimpin pertahanan melobi untuk Departemen Pertahanan untuk mengisi kesenjangan dengan mengupgrade Typhoon produksi awal agar mampu terbang hingga dekade berikutnya.

Salah satu perwira senior mengatakan: “Ketika mereka mencapai masa akhir layanan sebenarnya masih akan ada banyak kehidupan yang tersisa di dalamnya [jika diupgrade].”