BAE Systems melakukan berbagai upaya untuk menggenjot penjualan Typhoon. Salah satunya dengan mengubah pesawat tempur ini dari semula jet multi-role menjadi swing role. Apa itu swing role?
BAE dan mitra Jerman, Italia dan Spanyol secara agresif berkampanye untuk memenangkan lebih banyak pelanggan. Negara-negara lain yang ditargetkan termasuk Malaysia, sementara Belgia, Denmark dan Finlandia telah semua membuat pertanyaan tentang rencana membeli pesawat tempur yang juga menjadi sasaran bidik.
Dalam briefing di Royal International Air Tattoo, di Fairford, Glos, perusahaan, RAF dan menteri mengatakan bahwa jet sedang ditingkatkan dari jet “multi-role” ke “swing role”, dengan kemampuan yang lebih besar yang akan lebih menarik bagi pembeli potensial.
Jet tempur swing role mampu beralih peran dalam penerbangan dari menjadi pesawat serangan darat menjadi pesawat pertempuran udara.
Typhoon sebelumnya telah dapat beroperasi baik sebagai jet serangan darat maupun pertempuran udara. Tetapi untuk beralih fungsi pesawat harus mendarat terlebih dahuluguna dikonfigurasi ulang. Pada April tahun ini jet telah memiliki kemampuan swing role yang mampu menembakkan rudal dan menjatuhkan bom secara bersamaan.
Untuk menarik pembeli BAE juga telah memangkas biaya produksi jet tempur Typhoon hingga 20% selama lima tahun terakhir dan memperlambat laju produksi dalam upaya untuk meningkatkan pesanan ekspor.
Perusahaan, yang membangun pesawat di pabriknya di Warton, Lancs, Inggris ini berusaha untuk memenangkan pelanggan ekspor serta memberikan 160 jet diperintahkan oleh Kementerian Pertahanan.Sejauh ini Angkatan Udara Inggris telah menerima pengiriman 129 dari pesawat bermesin ganda ini dengan harga 87 juta poundsterling untuk setiap unitnya.
Typhoon telah berjuang untuk memenangkan pesanan ekspor di masa lalu. India hampir pasti membeli Dassault Rafale Prancis, tapi BAE dan mitranya berkampanye untuk memenangkan pelanggan baru di Teluk termasuk Kuwait dan Arab Saudi guna memesan lebih banyak lagi dari jet tempur ini.
BAE direncanakan akan mengakhiri produksi Typhoon di 2018. Penghentian bisa membuat pesawat kurang menarik bagi pembeli asing. Untuk itu BAE berencana memperpanjang produksi dengan cara memperlambat produksi pesawat pesanan.
Chris Boardman, direktur penerbangan militer BAE mengatakan: “Pemotongan biaya produksi hingga 20% tentu sangat mengesankan. Kami telah semakin berkurang dalam tingkat produksi pesawat sehingga kami tahu apa yang harus dibangun, bagaimana membangun dan kapan harus membangunnya. Kenyataannya pelanggan internasional menempatkan pesanan ketika mereka siap dan ketika industri siap.