
Angkatan Udara belum bisa memilih perusahaan untuk pengembangan dan pembangunan Long Range Strike Bomber. Kemungkinan keputusan akan mundur dari yang diharapkan pada musim semi ini menjadi musim gugur mendatang.
“Ini akan dilakukan bila harus dilakukan,” kata Sekretaris Asisten Angkatan Udara William LaPlante Kamis. “Lebih baik kita menggunakan waktu lebih untuk melakukan hal yang benar,” katanya sebagaimana dikutip Reuters Selasa 14 Juli 2015.
Pada bulan Mei, LaPlante mengatakan bahwa mengharapkan keputusan akan diambil pada bulan Juli ini. Namun Sekretaris Angkatan Udara Deborah James, menyebutkan pengunduran jadwal hingga paling cepat Agustus.
Bersaing untuk menjadi kontraktor utama pembangunan bomber masa depan ini adalah Northrop Grumman dan tim gabungan antara Boeing dan Lockheed Martin.
Angkatan Udara mengharapkan untuk membeli antara 80 hingga 100 pembom jarak jauh dengan harga masing-masing sekitar US$550 juta.

LaPlante mengatakan Angkatan Udara tidak akan terburu-buru dalam mengambil keputusan.
“Jika seseorang datang kepada saya dan mengatakan kita ingin melakukan satu hal lagi [sebelum pemberian kontrak], saya tidak akan mengatakan, ‘Tidak, tidak, Anda tidak bisa melakukan itu,'” katanya. “[Sistem senjata] Ini adalah sesuatu yang akan bersama kami selama 50 tahun.”
LaPlante mengatakan pada Mei bahwa lebih penting baginya untuk memastikan keputusan itu dengan hati-hati dibenarkan daripada memenuhi tenggat waktu tertentu.
James, Sekretaris Angkatan Udara, Kamis mengatakan layanan menghindari protes resmi terkait pemberian kontrak.