
Iran dan enam kekuatan dunia dikabarkan telah mendekati hasil akhir pembiaraan sengketa 12 tahun soal nuklir Teheran. Tetapi terkait masalah senjata dan perdagangan rudal masih menemui jalan buntu. Salah satunya adalah rudal S-300 Rusia.
Selama dua minggu terakhir, Iran, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia dan Tiongkok telah dua kali memperpanjang tenggat waktu untuk menyelesaikan kesepakatan untuk membatasi aktivitas nuklir Teheran.
Menteri Energi AS Ernest Moniz dan kepala nuklir Iran Ali Akbar Salehi bertemu pada Kamis 9 Juli 2015 pagi. “Mudah-mudahan hari ini adalah hari terakhir,” kata Salehi. Moniz menambahkan: “Kami akan menyelesaikan masalah terakhir, jika kita bisa.”
Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif telah bertemu setiap hari selama dua minggu untuk menyelesaikan berbagia hambatan yang tersisa. Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius dan delegasi Inggris dan Jerman itu juga telah bergabung kembali ke negosiasi.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi mengatakan naskah utama perjanjian tersebut, serta lima lampiran teknis telah 96% selesai.
Hal yang masih menjadi perdebatan adalah soal permintaan Teheran untuk mengakhiri embargo senjata Dewan Keamanan PBB. Sejumlah negara seperti Amerika dan Inggris belum setuju dengan hal itu. Dalam masalah ini Teheran didukung Rusia dan juga China.
Berbicara pada pertemuan puncak negara-negara BRICS – Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan – di Ufa, Rusia, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan embargo senjata PBB harus dicabut sebagai bagian dari kesepakatan nuklir.
Amerika Serikat dan sekutu Eropanya bertekad untuk tetap mempertahankan sanksi penjualan rudal ke Iran. Sementara Rusia telah menjadi semakin alergi terhadap gagasan sanksi terhadap negara mana pun sejak Amerika Serikat dan Uni Eropa mulai sanksi untuk menganeksasi Krimea dari Ukraina.
Rusia mendukung agar embargo dicabut karena juga memiliki kepentingan bisnis. Seperti diketahui Rusia pada April lalu telah mencabut larangan penjualan sistem rudal pertahanan udara canggih S-300 ke Iran. Sementara sejumlah negara tetangga yang berseberangan dengan Iran seperti Arab Saudi dan Israel sangat khawatir dengan keberadaan sistem ini. Bahkan Amerika juga akan berpikir dua kali untuk menyerang Iran jika sampai benar-benar memiliki S-300 yang sangat lihai merontokkan pesawat atau rudal lawan ini.