Angkatan Laut memutuskan untuk menunda pengiriman drone tempur X-47B ke museum penerbangan. Pesawat uji buatna Northrop Grumman itu akan disimpan dalam status siaga dan siap terbang sewaktu-waktu atau “flyable standby status”
“Angkatan Laut sedang meneliti berbagai potensi yang melibatkan X-47B,” kata Kapten Angkatan Laut Beau Duarte, manajer program untuk operator penerbangan tanpa awak sebagaimana dikutip National Defense Kamis 9 Juli 2015.
Duarte pada bulan April menyampaikan kabar bahwa Angkatan Laut akan menyumbangkan drone canggih ini ke museum atau disimpan di kuburan pesawat di Boneyard setelah serangkaian tes sukses dilakukan termasuk pengisian bahan bakar di udara.
Anggota parlemen dengan cepat bereaksi terhadap keputusan itu dan menuntut bahwa Angkatan Laut harus mengubah arah. Komite Angkatan Bersenjata Senat mengarahkan Angkatan Laut untuk melanjutkan pengujian X-47B. Angkatan Laut dikecam karena meninggalkan program yang terbukti sukses di tengah upaya negara lain untuk membangun drone tempur.
Naval Air Systems Command pada 18 Juni memperpanjang uji pesawat tanpa awak ini dengan Northrop Grumman selama lima bulan.
Kesuksesan X-47B dalam uji antara lain peluncuran dan pendartan di kapal induk, penerbangan bersama pesawat berawak dan pengisian bahan bakar udara. Angkatan Laut telah mengeluarkan US$1,8 miliar untuk membangun pesawat demonstrasi ini selama delapan tahun.
Naval Air Systems Command tahun lalu meluncurkan sebuah kompetisi terbuka untuk drone baru, yang disebut unmanned carrier launched strike and surveillance, atau UCLASS. Beberapa desain industri dan pejabat berharap Angkatan Laut tidak akan membeli versi modifikasi dari X-47.
Tapi rencana untuk memulai program UCLASS telah terhenti. Program ini ditentang oleh Capitol Hill yang menginginkan pesawat tidak hanya fokus pada mata-mata tetapi juga memiliki kemampuan tempur tinggi. Sementara Angkatan Laut menginginkan drone mata-mata dengan kemampuan terbang jauh dan tinggi.