Tapi tahun berikutnya, atas organisasi pengujian senjata Pentagon tidak lagi menyebut kemampuan pertempuran udara ke udara dan lebih menekankan pada serangan darat/ “JSF akan mampu menyerang dan menghancurkan berbagai target, siang atau malam, dalam kondisi cuaca buruk,” kata Direktur, Uji Operasional dan Evaluasi dalam laporan tahunan pertama dari program ini.
Tetapi hal itu bukan berarti Angkatan Udara, Angkatan Laut atau Korps Marinir telah benar-benar menyerah untuk bisa mengirim F-35 ke pertempuran udara dekat. Tapi cabang terbang mulai mengecilkan kebutuhan jet untuk pertempuran udara. Mungkin mereka mulai mengakui apa yang ditemukan penguji bahwa JSF tidak bisa bermanuver dengan sangat baik.
“Dogfighting adalah sensasi ksatria zaman dulu,” kata Letnan Kolonel Pete Zuppas dari Angkatan Udara maka yang bertanggung jawab atas 35th Operations Group di Jepang menulis dalam official 2007 op-ed.
Tapi Zuppas cepat merevisi pernyataannya sendiri. Dia menyebutkan kemampuan tempur jarak dekat tetap penting. Jika F-35 tidak bisa melakukan pertempuran udara, maka Angkatan Udara tidak bisa melakukan pertempuran udara.
“Siapa yang tahu kapan kita harus melakukan beberapa hal yang memang harus dilakukan pilot pesawat tempur,” tambah Zuppas. “Jadi setidaknya untuk saat ini kami akan terus menyeimbangkan pelatihan pertempuran udara.”
Jadi, meski peran resmi Joint Strike Fighter di seluruh layanan semakin terfokus untuk menyerang target darat, Angkatan Udara masih melakukan uji pertempuran udara. “Uji manuver sedang dijalankan hingga AoA 50 [derajat],” kata program JSF dalam siaran pers resminya pada Desember 2012. AoA merupakan singkatan dari “angles of attack” yang mengacu pada sudut tinggi serangan. ”Pilot harus mampu untuk melakukan manuver agresif dengan F-35A,” jelasnya.
Kesimpulannya, pada 2003, F-35 masih diwajibkan menjadi pesawat dengan kemampuan dogfighting. Sementara pada 2012 Angkatan Udara masih bekerja keras untuk mewujudkan harapan itu. Tetapi dua tahun kemudian cabang terbang berbicara menyebutkan seolah-olah JSF tidak pernah dimaksudkan untuk terlibat dalam pertempuran udara dekat.
“Seorang pilot F-35 yang terlibat pertempuran udara kemungkinan dia telah melakukan kesalahan,” kata Jenderal Angkatan Udara Mike Hostage, kepala Air Combat Command, sebagaimana dikutip Breaking Defense Juni 2014. Air Combat Command nantinya akan memiliki sebagian besar pesawat tempur F-35.
Dalam wawancara yang sama, Jenderal ini juga mengabaikan kemungkinan pertempuran jarak pendek dan akan mencapai kemenangan pada ksempatan pertam. Tetapi jika kemudian dipaksa untuk melakukan pertempuran udara maka pilot F-35 masih akan mampu melakukan manuver tinggi layaknya F-16. (bersambung)