Jepang Mempertimbangkan Bergabung dalam Patroli Laut China Selatan

Jepang Mempertimbangkan Bergabung dalam Patroli Laut China Selatan

jepangMiliter Jepang kemungkinan akan bergabung dengan pasukan Amerika Serikat dalam patroli-patroli di Laut China Selatan, kata seorang perwira tinggi negara itu dalam wawancara yang dipublikasikan Wall Street Journal pada Kamis. Tokyo juga akan mengusahakan suatu peran keamanan yang lebih besar.

Langkah-langkah terbaru China untuk membangun pulau-pulau buatan telah berpotensi memuculkan “kekhawatiran yang sangat serius” bagi Jepang, kata Kepala Staf Gabungan Pasukan Bela Diri Jepang (SDF), Katsutoshi Kawano dalam wawancara tersebut.

“Kami tidak punya rencana-rencana untuk mengadakan pengintaian di Laut China Selatan saat ini tetapi bergantung pada situasi. Saya kira ada peluang yang dapat kita pertimbangkan untuk lakukan,” katanya.

Kawano tidak menyebut secara spesifik aksi-aksi apa oleh China yang mungkin memicu pihak Jepang untuk pertimbangkan memulai patroli, kata harian itu, dan aktivitas oleh militer Jepang di luar tapal batasnya kemungkinan akan menimbulkan kecemasan di dalam negeri.

Perdana Menteri Shinzo Abe telah mendesak apa yang dia sebut normalisasi dari postur militer negara itu yang resmi mengambil sikap suka damai.

Tetapi karena dia tak dapat mengerahkan dukungan publik untuk mengamandemen konstitusi yang bersifat suka damai itu yang diberlakukan Amerika Serikat setelah Perang Dunia II, Abe memilih untuk menafsirkannya kembali.

Ia ingin melonggarkan pembatasan bagi SDF yang berperan defensif selama beberapa dekade dan mengusulkan legislasi yang akan mengzinkan ruang lingkup lebih besar militer untuk bertindak.

Pekan ini Jepang dan Filipina menerbangkan pesawat-pesawat patroli dekat perairan Laut China Selatan yang menjadi kawasan sengketa.

Bejing sedang mereklamasi untuk membangun pulau-pulau di kawasan itu, dengan fasilitas-fasilitas yang dikatakannya akan digunakan untuk maksud militer dan sipil.

Laut itu merupakan lintas perkapalan yang sibuk tempat AS menyatakan bahwa Beijing telah membangun pulau-pulau seluas 2.000 hektare. Tiongkon mengklaim seluruh Laut China Selatan. Bagian-bagian dari laut itu juga dikalim oleh Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei.