China terus berjuang mewujudkan keinginannya untuk memiliki bomber Tu-160 White Swan. Setelah ditolak Rusia, China mengincar bomber yang dimiliki Ukraina. Tetapi kemungkinannya pun juga tipis.
Mengutip media Rusia, Jaringan Militer Sina melaporkan mengatakan China telah tertarik untuk memperoleh bomber supersonik, saya variable menyapu sayap untuk mengisi kebutuhan pembom jarak jauh. Tu-160, yang merupakan bomber supersonic terbesar di dunia hingga saat ini, mampu membawa muatan bom banyak, termasuk hulu ledak nuklir, dan memiliki jangkauan 14.000 kilometer, yang akan memungkinkan China untuk menyerang daratan AS pada kecepatan supersonik.
Sayangnya produksi Tu-160 berhenti bersama dengan runtuhnya Uni Soviet dan Rusia menolak permintaan China untuk membeli pesawat ini pada 1990-an, menurut laporan tersebut.
China kemudian mengarahkan pandangannya pada 19 pembom Tu-160 yang diterima Ukraina pada tahun 1991, yang tidak dimanfaatkan dan Ukraina tidak mampu mempertahankan pesawat. China berusaha untuk mendapatkan pembom tersebut bersama dengan jet tempur Su-33 dan rudal udara ke udara R-27. Tetapi Rusia dilaporkan menekan Ukraina untuk tidak melepas pesawat itu.
Pada tahun 1999, Ukraina mengembalikan delapan pembom Tu-160 ke Rusia untuk membayar utang energi, dan Amerika Serikat campur tangan untuk mencegah Rusia dan China dari mendapatkan delapan bomber yang masih tersisa di Ukraina. Sebagai bagian dari kesepakatan untuk menghancurkan senjata era-Soviet ditandatangani oleh Ukraina dengan AS dan Eropa, Kiev membongkar delapan Tu-160 sisa bersama dengan lebih dari 40 pembom tempur Tu-22M3, 230 rudal jarak jauh anti-kapal Kh-22 dan 483 X-55 jarak jauh rudal jelajah pada tahun 2006. Sebagai imbalannya, pemerintah AS menyediakan Ukraina bantuan US$ 15 juta yang dari jumlah itu US$ 8 juta dialokasikan untuk menghancurkan senjata.
Rusia telah merekomendasikan memproduksi massal versi upgrade dari Tu-160 dengan peningkatan teknologi siluman dan fitur lainnya, mendorong pertanyaan apakah China bisa mencoba untuk mendapatkan bomber lagi.
Media Rusia mengatakan bahwa meski China adalah mitra kunci dari Rusia, Tu-160 adalah pembom strategis yang membentuk tulang punggung penangkal nuklir negara itu, dan dengan demikian hampir tidak mungkin ada jalan menjual ke China atau negara lain.