Gempuran udara koalisi pimpinan Arab Saudi tidak menjadikan Houthi Yaman lemah. Bahkan kelompok ini terus begerak maju dan pada Minggu 14 Juni 2015 berhasil merebut ibukota provinsi di Yaman utara dekat perbatasan Arab Saudi.
Sejumlah saksi mengatakan pemberontak menemui sedikit perlawanan saat mengambil alih kendali di al-Hazm, kota utama provinsi Jawf. Kota itu terletak sekitar 150 kilometer selatan perbatasan dengan Arab Saudi, yang memimpin serangan udara terhadap pemberontak dukungan Iran itu sejak akhir Maret.”Ada sangat sedikit perlawanan dan Huthi berhasil merebut kota dan kompleks pemerintah daerah,” kata Mubarak al-Abbadi, dari milisi Perlawanan Rakyat.
Kelompok bersenjata setempat, yang dikenal sebagai unit Populer Resistence (Perlawanan Populer) telah terbentuk di beberapa provinsi di Yaman untuk melawan pemberontak bersama pasukan yang setia kepada Presiden di pengasingan Abedrabbo Mansour Hadi. Warga mengatakan bahwa pemberontak memiliki keuntungan dari perselisihan antara suku-suku bersenjata yang melindungi kota.
Kantor berita Saba yang dikuasai pemberontak juga mengonfirmasi perebutan al-Hazm. Pemberontak, yang bersekutu dengan pasukan yang setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh, menyerbu ibukota Sanaa pada September dan sejak itu menguasai sebagian besar negara.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan pembicaraan Senin di Jenewa bertujuan untuk mengamankan gencatan senjata, menyetujui rencana penarikan kelompok Huthi dan peningkatan pengiriman bantuan kemanusiaan.
Pembicaraan telah dijadwalkan untuk dimulai pada Minggu tetapi PBB mengatakan pembicaraan itu akan tertunda sehari karena “keadaan yang tak terduga”.