Katanya Beri Sanksi? Kok Heli AS Dibuat di Rusia?

Katanya Beri Sanksi? Kok Heli AS Dibuat di Rusia?

RIAN_02628367.HR_468

Pabrik Aviasi Sipil Ural (UZGA) telah menandatangani kontrak dengan perusahaan AS Bell Helicopter untuk melakukan perakitan helikopter di Rusia. Meski proyek serupa biasanya hanya sampai tahap diskusi, kali ini para pakar optimis kesuksesan produksi helikopter rakitan lokal bisa diraih dengan dukungan negara dalam penjualan helikopter tersebut.

Perusahaan AS Bell Helicopter telah menandatangani kesepakatan dengan Pabrik Aviasi Sipil Ural (UZGA) yang berbasis di Yekateninburg untuk melakukan perakitan berlisensi helikopter ringan bermesin tunggal modifikasi terbaru mereka, Bell 407GXP.

Ini merupakan pertama kalinya Bell mengalihkan perakitan helikopter mereka ke pihak asing. Direktur Pelaksana UZGA Vadim Badekha menjelaskan pada Kommersant bahwa tiga helikopter pertama diperkirakan akan dirakit di Yekaterinburg sebelum akhir tahun ini. Produksi pesawat gelombang pertama tersebut mungkin akan dibeli oleh lembaga transportasi federal Rusia Rosaviatsia untuk digunakan di sekolah pilot.

Jika produksi helikopter tersebut dilokalisasi seluruhnya, lanjut Badekha, investasi akan mencapai 500-600 juta rubel (10-12 juta dolar AS), karena kesepakatan tersebut tidak membatasi jumlah produksi. Helikopter ini diperkirakan akan diminati oleh kepolisian, bisnis swasta, dan sekolah pilot.

Rusia tak perlu melakukan sertifikasi tambahan karena helikopter serupa buatan AS telah digunakan di Rusia. Saat ini, biaya pembuatan sebuah helikopter Bell 407GXP mencapai setidaknya lima juta dolar AS, namun jika diproduksi secara lokal, biaya produksinya dapat berkurang hingga 17 persen karena tak perlu menerapkan kebijakan impor, terang Badekha.

Berdasarkan informasi di situs UZGA, pabrik ini merupakan bagian dari perusahaan Oboronprom, yang ternyata berada di bawah naungan perusahaan negara Rostec, salah satu perusahaan yang masuk daftar sanksi AS. Namun, United Engine Corporation, menyebutkan bahwa Rostec hanya memiliki 48,6 persen saham di UZGA, sementara sisanya merupakan milik para investor swasta (terutama NK-Bank, berdasarkan data SPARK). Badekha yakin bahwa mereka tak menghadapi risiko sanksi karena “kesepakatan awal dengan pihak Amerika” telah tercapai.