Sial (an)

Rabu 19 februari 2014 pagi…

Bangun tidur dengan kepala dan mata berat. Semalam sepulang kantor jam 00.00 WIB langsung ronda hingga pukul 02.30 WIB. Pulang ronda langsung mandi dan berniat tidur. Namun sampai azan subuh tak bisa merem juga. Jadi mungkin saya baru tidur sekitar 1 jam sebelum terbangun. Aku lirik jam masih ada waktu untuk tidur sebentar karena jam 09.00 WIB harus berangkat ke Solo naik kereta.

Tetapi ketika terbangun lagi sontak panik karena sudah jam 08.55 WIB. Padahal jadwal kereta pukul 09.21. Mandi seadaanya, makan dua nuget sisa sarapan anak langsung berangkat. Pilih pakai motor agar bisa lebih cepat. Sial, bensin kosong hingga harus berhenti cari bensin dulu. Sampai Lempuyangan pukul 09.30 WIB. Alhamdulillah, kereta Sriwedari belum berangkat karena rusak di Stasiun Tugu.

Saya tanya ke petugas rusaknya lama apa tidak, dijawab tidak tahu. Akhirnya saya ganti kereta Madiun Jaya pukul 10.00 WIB meski jelas akan terlambat sampai Solo. Tidak apa-apa dari pada nunggu kereta rusak tak jelas berapa lama lagi. Tiket lebih mahal dua kali lipat juga tidak masalah, dapat kereta AC bisa tidur di kereta barang sebentar. Duduk nunggu kereta sambil minum kopi instan dan merokok. Sebelum kemudian ada pengumuman kereta ke Solo akan lewat. Sialnya yang lewat duluan justru adalah Sriwedari yang rusak. ”Kalau saja saya beli tiket seperti rencana,” batin saya. Sial lagi beberapa saat setelah Sriwedari lewat ada pengumunan Madiun Jaya juga terlambat karena masih proses persiapan. Hingga rencana berangkat pukul 10.00, kereta baru nongol pukul 10.20. ”Sudahlah terlambat apa boleh buat,” batin saya.

Baru saja mau naik kereta, ada telepon masuk. Seseorang dari lembaga yang komplain berita karena merasa tidak sreg dengan kalimat yang digunakan. Saya cuma jawab ” ya ya ya oke oke oke ya ya ya” Saya sendiri tidak tahu apa maksudnya oke dan ya tadi. Yang penting segera selesai dia telpon dan saya bisa segera masuk  kereta.
Masuk kereta saya cari tempat duduk sesuai tiket, Eee kok sudah ada yang menduduki. Setelah adu argumen baru dia sadar dia ternyata di gerbong yang salah. Dia pindah saya duduk. Itupun bukan tempat asli saya. Seharusnya saya duduk di 16 D yang ada di pinggir jendela tetapi tempat itu sudah dipakai seorang wanita yang datang duluan. ”Bodo amat. Yang penting duduk,”
Kisah berlanjut…
Kursi yang saya duduki tepat di depan pintu yang menghubungkan antar gerbong hingga banyak orang wira-wiri. Dan kurang ajarnya mereka tidak mau menutup pintu lagi.  Hingga suara bising masuk ke gerbong. AC juga jadi tidak terasa dingin. Terpaksa berkali-kali harus berdiri untuk menutup pintu. Sampai akhirnya kesabaran saya habis juga. Seorang wanita yang keluar gerbong tidak menutup pintu dan ketika masuk lagi hendak nylonong begitu saja. Saya bentak saja. ”Tutup pintunya. Gak tangungjawab banget,” wanita itupun tak berkutik hingga terpaksa balik kanan tutup pintu. Setelah saya membentak baru kemudian orang yang wira-wiri itu tertib menutup pintu saat keluar gerbong.
Berniat tidur…tapi sial lagi. Saya baru ingat kunci motor saya tertinggal di kendaraan. Tapi mau gimana lagi. Hanya pasrah, mau hilang ya terserah. Dan saya meneruskan niat untuk tidur. Kepala benar-benar berat. Tetapi kurang ajar lagi, kursi di belakang saya membawa dua anak kecil. Teriak-teriak tanpa bisa diatur. Bahkan orangtuanya kelihatan bangga anaknya teriak-teriak sekeras itu.
Saya sebenarnya tidak begitu percaya bahwa ada hari sial. Tetapi hari ini saya banyak menerima kesialan kecil-kecil yang menyebalkan. Semoga setelah saya tulis ini tidak ada lagi kesialan untuk menyelesaikan hari ini yang masih beberapa jam lagi.
Saya capek dan ngantuk…