Tomcat-Flanker, 2 Petarung di Panasnya Perang Dingin

Tomcat-Flanker, 2 Petarung di Panasnya Perang Dingin

su-27

F-14 Tomcat dan Su-27 Flanker lahir dalam situasi dunia penuh dengan potensi perang. Dua pesawat ini hadir ketika hawa panas Perang Dingin menyelimuti dunia. Kubu Amerika dan Uni Soviet terus melahirkan berbagai inovasi perang yang siap untuk digunakan saling membunuh lawan. Dua dari yang paling legendaris adalah F-14 Tomcat dan Su-27 Flanker.

Selama dekade terakhir abad kedua puluh satu kedua pesawat ini menjadi kekuatan paling mematikan di udara. Soviet mengandalkan Su-27 sementara Amerika menciptakan F-14 yang berbasis di kapal induk.

Setelah kelahirannya Su-27 (varian standar/awal) langsung disejajarkan dengan F-14 dan F-15. Namun Flanker hadir dengan kemampuan manuver yang mengejutkan. Pesawat ini  bisa terbang pada sudut serang 30 derajat dan juga mampu melakukan “Pughacev Cobra”, sebuah manuver di mana hidung pesawat ke atas (posisi vertikal) pada tingkat 70 derajat perdetik dan setelah itu kembali ke posisi semula. Karena manuver ini, Flanker telah menjadi sorotan dalam setiap pertunjukan udara dari akhir tahun 80-an ke pertengahan 90-an.

f-14 5

Dave Majumdar seorang pilot Angkatan Laut AS berpengalaman yang telah menerbangkan F-4, F-14A dan B, F-15, F-16, F-18 (yang lama maupun Super Hornet) dan juga A-4 mengaku dalam sebuah serangan mendadak di atas Ukraina, Gallop sangat terkesan dengan akselerasi dan seberapa cepatnya Flanker Rusia tersebut terbang di ketinggian. Mesinnya yang powerfull, bersama dengan aerodinamika yang luar biasa dan dengan rudal IR jarak pendek AA-11 Archer menjadikan Su-27 sebagai dogfighter terbaik di era 90-an, musuh yang sangat menakutkan bagi seluruh jet tempur barat.

AA-11 Archer pada tahun 90-an adalah rudal udara-ke-udara terbaik di dunia yang dapat dihubungkan dengan sistem kontrol tembak pada helm pilot dan mampu menembak sasaran hingga 45 derajat dari sumbu pesawat. Kedua kemampuan ini tidak dimiliki oleh rudal AIM-9M Sidewinder, rudal jarak pendek terbaik milik barat kala itu.

F-14 Tomcat  tidak kalah cepat dari Su-27, namun pesawat tempur Amerika itu lebih condong kepada pertempuran jarak dekat saja. Soal manuver, Tomcat kalah dengan Su-27, maupun Tomcat varian B atau D yang sudah menggunakan mesin powerfull General Electric F110-GE-400.

Namun kembali lagi, pesawat musuh yang tangkas bukanlah segala-galanya. Pilot tetap memegang peranan penting. Tomcat juga bisa menggunakan rudal jarak jauh AIM-54C Phoenix. Seperti yang dijelaskan beberapa pilot Tomcat, tidak peduli bagaimana pesawat musuh lebih gesit untuk menargetkan F-14 dalam pertempuran udara, karena berkat kombinasi taktik Tomcat, sensor (seperti F-14D yang AAS-42 yang memiliki rentang dan resolusi yang lebih besar daripada seeker IRST yang dipasang oleh Su-27) dan senjatanya, maka setiap pesawat tempur musuh akan tertarget pada jarak yang jauh. Jadi siapa yang unggul? Tidak ada jawaban pasti dari pertanyaan itu.