Pada tanggal 24 Maret 1999 operasi militer NATO terhadap Republik Federal Yugoslavia dimulai. Operasi ini untuk menghentikan pelanggaran hak asasi manusia di Kosovo, tapi tidak diizinkan oleh PBB. Serangan udara berlangsung sampai tanggal 10 Juni 1999. Kampanye pengeboman NATO ini menandai operasi tempur besar kedua dalam sejarah, setelah pada 1995 NATO membombardir Bosnia dan Herzegovina. Operasi 1999 mengakibatkan penarikan pasukan Yugoslavia dari Kosovo dan pembentukan misi PBB UNMIK, di Kosovo.

Code resmi operasi in adalah Operation Allied Forces . Sementara Amerika Serikat menyebutnya Operasi Noble Anvil. Dalam beberapa sumber menyebutkan istilah itu salah jika yang dimaksud Amerika adalah “Merciful Angel” atau Bidadari Penyayang.

Alasan di balik intervensi militer internasional adalah konflik etnis antara Albania dan Serbia di Kosovo. Pada tanggal 23 September 1998, Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi 1199 yang mendesak pemerintah Republik Federal Yugoslavia dan Albania Kosovo untuk gencatan senjata segera dan memulai pembicaraan damai.

Situasi meningkat setelah insiden di desa Racak pada tanggal 15 Januari 1999 ketika bentrokan bersenjata terjadi antara pasukan keamanan Yugoslavia dan militan dari Tentara Pembebasan Kosovo. Sebanyak 45 orang dilaporkan telah tewas dalam insiden itu.

Pada tanggal 24 Maret 1999, NATO memulai operasi militer melawan Yugoslavia yang tidak disahkan oleh Dewan Keamanan PBB. Keputusan untuk memulai pemboman dibuat oleh NATO kemudian-Sekretaris Jenderal Javier Solana.

Kehadiran pasukan Serbia di wilayah Provinsi Otonom Kosovo dan Metohija menjadi alasan resmi untuk operasi militer. Pihak berwenang Serbia juga melakukan pembersihan etnis.

Sebanyak 13 negara anggota NATO menyediakan pesawat untuk operasi termasuk Prancis, Jerman, Italia, Norwegia, Portugal, Spanyol, Turki, Inggris dan Amerika Serikat. Pasukan Amerika mengisi 75 persen kekuatan NATO dalam operasi itu.
Saat operasi dimulai, kekuatan NATO terdiri dari 277 pesawat, termasuk 192 pembom, 63 pesawat dukungan logistik, 19 pesawat pengintai dan tiga helikopter.

Serangan udara pertama dilakukan pada tanggal 24 Maret pukul 20.00 waktu setempat terhadap stasiun radar pasukan Yugoslavia yang terletak di pantai Montenegro dari Laut Adriatik. Pada saat yang sama, serangan rudal dilakukan pada lapangan udara militer dekat Belgrade dan fasilitas manufaktur di kota Pancevo, 20 kilometer sebelah utara ibukota Yugoslavia.

Sebanyak 53 target hancur selama operasi. Kebanyakan di kota besar Serbia dan Montenegro. Darurat militer dideklarasikan untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II.

Selama bulan pertama operasi, NATO melakukan 350 kampanye udara sehari. Pada KTT NATO di Washington pada tanggal 23 April 1999, pemimpin aliansi memutuskan untuk mengintensifkan kampanye pengeboman.

Selama operasi pasukan NATO melakukan total 37,500-38,400 penerbangan tempur dan menyerang lebih dari 900 sasaran di Serbia dan Montenegro. Lebih dari 21.000 ton bom digunakan. Selama serangan udara dilarang proyektil dengan unsur-unsur radioaktif (kebanyakan depleted uranium U 238) yang digunakan.

Ketika kampanye militer mulai parlemen Republik Federal Yugoslavia berupaya untuk mendekat ke Rusia dan Belarus. Tetapi Presiden Rusia saat itu Boris Yeltsin memblokir keduanya karena bisa memicu serangkaian masalah internasional.

Pemboman berhenti pada tanggal 9 Juni tahun 1999 setelah penandatanganan perjanjian di kota Kumanovo oleh perwakilan dari Yugoslavia dan NATO pada penarikan pasukan Yugoslavia dan polisi dari Kosovo dan penyebaran pasukan internasional di wilayah tersebut.

Jumlah yang tepat dari personel militer dan warga sipil yang tewas selama pemboman belum diketahui. Menurut pemerintah Serbia, serangan udara menewaskan hampir 2.500 orang, termasuk 89 anak-anak. Menurut NATO, dua tentaranya tewas dalam operasi itu.

Sekitar 863.000 orang, sebagian besar Kosovo Serbia, meninggalkan wilayah tersebut.

Sumber: Sputnik
Comments are closed