Rusia kembali membuat langkah yang memastikan posisinya semakin head to head dengan Amerika dengan meluncurkan ”tahun persahabatan” dengan Korea Utara. Kementerian luar negeri di Moskow Rabu 11 Maret 2015 mengumumkan setuju untuk memulai program pertukaran budaya dengan rezim aliran Stalin di Pyongyang itu. Program ditujukan untuk membawa hubungan antara kedua negara, yang pernah menjadi sekutu saat Perang Dingin, itu ke “tingkat tinggi yang baru”.
Program akan dimulai bertepatan dengan peringatan 70 tahun berakhirnya Perang Dunia II pada Mei 2015 dan muncul di saat Moskow menghadapi tekanan dari Amerika dan Barat terkait krisis Ukraina. Tindakan ini jelas akan semakin memanasi Amerika yang selama ini dikenal sangat anti dengan Korea Utara.
Kremlin sudah mengatakan bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong-un akan datang ke Moskow pada Mei untuk mengambil bagian dalam upacara peringatan kemenangan Soviet atas Nazi Jerman.
Kunjungan tersebut akan menjadi yang pertama kalinya dilakukan Kim ke luar negeri sejak ia mengambil alih kepemimpinan setelah sang ayah, Kim Jong-Il meninggal pada 2011. Kemungkinan kunjungan itu merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan Korut terhadap penopang utama diplomatik dan ekonomi, Tiongkok.
Moskow telah berupaya meningkatkan hubungannya dengan serangkaian mitra, dari Beijing hingga Caracas, dalam menghadapi masalah ekonominya sendiri sebagai akibat dari sanksi-sanksi yang dijatuhkan Barat terkait Ukraina serta jatuhnya harga minyak.
Mendiang pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Il, pada Agustus 2011 berkunjung ke Moskow menggunakan kereta api antipeluru. Ia datang ke Moskow untuk melakukan pertemuan dengan presiden Rusia Dmitry Medvedev. Il memang dikenal takut naik pesawat setelah trauma karena pernah mengalami kecelakaan helikopter.
Comments are closed