Pasukan Ukraina dan separatis pro-Rusia telah berjuang dalam pertempuran sengit selama hampir satu tahun, membunuh lebih dari 6.000 tentara dan warga sipil. Sebuah perang paling berdarah yang mengguncang negara itu.
Tidak ada yang bisa menggambarkan bagaimana kerasnya perang kecuali dengan melihat bagaimana hancur leburnya Bandara Internasional Sergey Prokofiev di Donetsk, Ukraina. Lokasi ini selama berbulan-bulan menjadi pusat pertempuran dua kubu. Kini bandara itu benar-benar hanya tinggal puing-puing.
Ketika melihat foto-foto dari bandara, sulit untuk menemukan apa yang tersisa.
Awalnya dibangun pada tahun 1940-an dan direnovasi beberapa kali selama beberapa dekade, Bandara Donetsk pernah menjadi kompleks yang mengesankan.
Baru-baru ini, Bandara tersebut kembali direnovasi dengan anggaran hingga 1 miliar Dollar AS untuk persiapan final Piala UEFA yang diselenggarakan di Ukraina pada tahun 2012.
Sekarang, setelah 10 bulan pertempuran sengit antara pasukan Ukraina dan pemberontak pro-Rusia, bandara telah hancur menjadi puing-puing.
Kota Donetsk telah menjadi salah satu daerah yang paling diperebutkan dalam konflik tersebut karena letaknya yang strategis antara Ukraina dan Rusia.
Bandara menjadi rebutan karena pentingnya untuk mengangkut pasokan perang dan logistik.
Bandara juga menjadi daerah yang sempurna untuk kubu militer. Tentara memanfaatkan kedua menara komunikasi dan jaringan terowongan bawah tanah yang memungkinkan mereka untuk melakukan perjalanan dan memindahkan pasokan tanpa risiko ditembak dari atas.
Pada tingkat yang lebih luas, bandara dipandang sebagai simbol dari konflik yang lebih besar. Ketika berjuang untuk bandara, “Saya yakin bahwa kita membela seluruh Ukraina,” Pertro Poroshenko, presiden Ukraina, mengatakan pada bulan Januari.
Awalnya bandara ini dikuasai oleh tentara Ukraina yang terus menembaki pemberontak setiap saat.
Puing-puing dan reruntuhan di mana-mana.
Diperkirakan jumlah korban tewas dalam konflik antara pasukan Ukraina dan pemberontak sejak April 2014 mencapai lebih dari 6.000, menurut laporan PBB Hak Asasi Manusia Kantor awal bulan Maret 2015. Diperkirakan ratusan korban di bandara Donetsk dan daerah sekitarnya.
”Jika tren ini terus berlanjut, maka akan menjadi bagian yang paling mematikan dalam konflik ini di mana aturan hukum dan perlindungan hak asasi manusia secara efektif tidak ada,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Zeid Ra’ad Al Hussein.
Setelah jeda dalam konflik di bulan Desember, PBB melaporkan bahwa kekerasan telah meningkat pada Januari dan Februari, dengan korban tewas meningka. Sejauh ini, semua upaya gencatan senjata telah gagal.
Pada pertengahan Januari, pemberontak pro-Rusia melancarkan serangan besar terhadap bandara, akhirnya merebut kendali penuh atas apa yang tersisa dari terminal bandara dari pasukan pemerintah. Tentara Ukraina yang tidak terbunuh dijadikan tawanan dan diberi tugas untuk mencari dan menemukan mayat para korban perang di bawah puing-puing bangunan yang hancur.
Sumber: Business Insider