Berapa Waktu Maksimal Untuk Menyelamatkan Pilot Jatuh?
V-22 Osprey

Berapa Waktu Maksimal Untuk Menyelamatkan Pilot Jatuh?

V-22 Osprey yang menjadi andalan misi penyelamatan cepat di daerah musuh
V-22 Osprey yang menjadi andalan misi penyelamatan cepat di daerah musuh

Ketika pesawat F-16 Jordania jatuh dan pilot Maaz Al Kassasbeh keluar dengan kursi enjeksi di daerah Raqqa Desember 2014 lalu sebenarnya memiliki peluang untuk menghindari penangkapan. Mengingat yang bersangkutan masih hidup. Tetapi lambatnya operasi pencarian menjadikan Kassasbeh akhirnya ditangkap ISIS sebelum kemudian dieksekusi pada Februari 2015. Kenapa operasi penyelamatan lambat? Dan berapa sebenarnya waktu maksimal seorang pilot yang jatuh harus segera dijemput?

Persoalan pertama yang dialami pasukan koalisi untuk menyelamatkan Kassabeh adalah jauhnya basis tim pencari. Amerika menempatkan tim penyelamat di Turki. Sebenarnya setelah kecelakaan terjadi Amerika meluncurkan operasi pencarian intensif. Masalahnya lokasi jatuh pesawat dengan Turki berjarak sekitar 1.100 km.

“Tidak memiliki paket penyelamatan terdekat bisa menjadi hal yang sangat berisiko bagi pilot yang jatuh di belakang garis musuh,” kata Brandon Webb, mantan anggota Navy Seal dan penulis buku Among Heroes “Terbang … dari Kuwait membutuhkan waktu setengah hari dengan helikopter, itu sebuah hal yang sangat menyulitkan dalam misi pencarian dan penyelamatan.”

Bahkan dengan V-22 Osprey yang mampu terbang secepat pesawat dan mendarat ala helikopter membutuhkan waktu setidaknya dua jam untuk mencapai Raqqa. Padahal jelas penyelamatan harus menggunakan helikopter.

Padahal waktu emas untuk penyelamatan pilot yang jatuh di medan perang hanyalah 60 menit alias satu jam saja. Pada waktu itu pilot yang jatuh masih bisa bertahan meski dalam kondisi cedera yang tidak parah. Meski untuk kasus pilot Jordania waktu yang ada lebih singkat mengingat dia jatuh pada siang hari di daerah padat penduduk. Di luar permukiman terdapat gurun terbuka yang sulit untuk dijadikan tempat perlindungan.

ISIS memiliki rudal bahu untuk menembak pesawat yang terbang relatif rendah. Tetapi kemampuan mereka masih jauh di bawah sistem pertahanan udara Saddam Hussein yang mampu menembak jatuh lebih dari dua lusin pesawat AS selama Perang Teluk pertama. AS yang memimpin koalisi untuk membombardir ISIS telah terbang lebih dari 2.230 misi di Irak dan Suriah, dan Kassasbeh adalah satu-satunya pilot yang ditangkap.

Tapi kegagalan untuk menyelamatkan pilot segera setelah kecelakaan itu menjadi catatan hitam dalam operasi ini. Uni Emirat Arab yang merupakan sekutu paling kuat di Arab  menghentikan serangan udara terhadap ISIS selama beberapa minggu karena keprihatinan tentang kurangnya persiapan penyelamatan. Amerika kemudian baru buru-buru memindah basis Osprey mereka ke Erbil Irak Utara untuk berada dalam posisi siap dan cepat jika dibutuhkan untuk penyelamatan.

Kenapa Amerika memilih Kuwait? Salah satu alasannya kemungkinan karena jejak logistik yang besar. “Mereka memiliki semua dukungan pemeliharaan ada, itu adalah lokasi yang sangat aman bagi aset-aset yang ada,” kata Jim Reese,  pensiunan Delta Force seperti dikutip New York Times, Kamis (12/02/2015). Untuk membawa seluruh paket dari Amerika membutuhkan biaya besar. Sementara Kuwait memiliki aset yang dulunya memang digunakan Amerika sehingga tidak perlu membawa dari Amerika.

ISIS menunjukkan puing F-16 Jordania yang jatuh dan menangkap pilotnya Maaz Al Kassasbeh
ISIS menunjukkan puing F-16 Jordania yang jatuh dan menangkap pilotnya Maaz Al Kassasbeh

Reposisi akan memotong waktu respon secara signifikan, terutama jika pilot yang jatuh atau ditangkap di Irak utara. Kemungkinan AS juga akan menggunakan Turki sebagai basis tim penyelamatan yang bisa mencapai cepat wilayah Suriah. Namun hal itu masih harus dinegosiasikan mengingat sejauh ini Turki hanya mengizinkan pangkalannya digunakan untuk penerbangan mata-mata.

Namun Jim Reese, yang memiliki pengalaman dalam misi penyelamatan  mengatakan sebenarnya meski dengan waktu respon yang lebih cepat, menyelamatkan pilot jatuh atau membebaskan sandera yang ditahan oleh ISIS adalah operasi yang paling sulit. “Dalam lingkungan non-permisif, pencarian dan penyelamatan sandera adalah operasi yang paling sulit di dunia,” kata Reese. “Yang tersulit.”

Resee menyebut pencarian akan berbeda jika pilot jatuh di Irak yang dia sebut sebagai wilayah “semi-permisif”. Tidak ada lagi sistem pertahanan udara, ada pasukan Irak yang ramah di Irak dan personel AS di negara itu. Tetapi Syria, jauh berbeda. Negara ini 100 persen non-permisif. Pasukan Suriah bersikap bermusuhan dan tentu saja Suriah memiliki sistem pertahanan udara yang tidak bisa dianggap main-main.

NEXT: GAMBARAN DETIL MISI PENYELAMATAN PILOT DI DAERAH MUSUH

1 Comment

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Comments are closed