
Harapan Prancis menemukan pembeli asing untuk jet tempur Rafale kembali terbuka setelah negara tersebut dalam pembicaraan lanjutan dengan Kairo untuk pengadaan pesawat tersebut dengan nilai 6 miliar Euro.
Seperti dikabarkan media Les Echos Kamis (06/02/2015), pemerintah Prancis dan Mesir telah makin dekt untuk menyelesaikan kesepakatan jual beli 24 jet dan kapal angkatan laut.
Surat kabar itu mengatakan kesepakatan bisa dibiayai sebanyak 50 persen melalui fasilitas kredit. Namun seorang juru bicara Dassault Aviation, menolak untuk mengomentari laporan tersebut.
Rafale telah digambarkan sebagai salah satu jet tempur paling efektif dan canggih di dunia, tetapi juga salah satu yang paling mahal. Lebih dari satu dekade setelah peluncuran, pesawat multiguna belum menemukan pembeli asing.
Dassault telah melakukan negosiasi eksklusif dengan India selama tiga tahun terakhir, tetapi tidak ada kesepakatan akhir telah ditandatangani.
Mesir adalah pembeli asing pertama dari jet Mirage buatan Dassault pada tahun 1981. Sekarang Prancis berharap itu akan mengikutinya dengan Rafale.
Paris dan Kairo telah menikmati hubungan ekonomi yang erat di masa lalu tapi gejolak baru-baru ini di Mesir telah menjadikan pemerintah Barat waspada terhadap penandatanganan kontrak, terutama di sektor pertahanan.
Dassault berada di bawah tekanan untuk menjual Rafale ke luar negeri. Pemerintah Prancis mengatakan tahun lalu itu hanya akan membeli 26 jet Rafale selama lima tahun ke depan, turun dari 11 pada periode sebelumnya. Pada 2013, pabrikan asal Prancis kalah dari Saab Swedia dalam pertempuran untuk memasok angkatan udara Brasil.
Sebuah delegasi Prancis mengunjungi New Delhi bulan lalu dalam upaya untuk menyelamatkan kesepakatan awal penjualan 126 pesawat tempur Rafale ke pemerintah India. Transaksi itu gagal di tengah perselisihan tentang transfer teknologi.