Perkuat Udara, Indonesia Belanja Besar-besaran

Perkuat Udara, Indonesia Belanja Besar-besaran

Exercise Pitch Black 2012

Indonesia tidak tinggal diam untuk terus menggenjot kekuatan udaranya. Selain karena memang wilayahnya yang sangat luas, mengimbangi kekuatan negara-negara sekitar Asia Pasifik yang terus melaju, belanja besar-besaran pun dirancang untuk menjaga kedaulatan negara.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, Indonesia dalam beberapa tahun terkakhir dank e depan menginvestasikan dan yang cukup besar untuk militer. Namun belanja ini memang masih untuk menutup belanja militer yang mengalami stagnasi akibat krisis pada 1997. Apalagi situasi memburuk ketika Amerika Serikat memberlakukan embargo senjata pada tahun 1999 sampai tahun 2005 .

Langkah awal TNI AU adalah dengan melakukan program akuisi besar-besaran terhadap Su – 27 dan Su – 30 Flankers dari Rusia untuk memperkuat armada tempur yang sudah tua. Inilah kali pertama Indonesia kembali membeli dari Rusia setelah tragedi politik pada 1966.

Sepasang Su – 27SK dan dua Su – 30MK didatangkan untuk kemudian bergabung dengan Skadron 11 Hasanudin pada Agustus / September 2003. Setelah itu tiga Su – 30MK2 menyusul pada akhir – 2008 dan awal 2009. Sementara pada 2010 trio Su – 27SKM pun mendarat di Indonesia.

Angkatan bersenjata Indonesia telah menyusun daftar belanja untuk 2015-2019. Industri lokal , khususnya PT Dirgantara Indonesia ( PTDI ), akan memainkan bagian penting untuk belanja tersebut. Setelah 15 tahun terakhir perusahaan itu seperti mati suri karena krisis ekonomi, pada Juli 2011, EADS – Airbus Military menandatangani kerjasama strategis dengan PTDI untuk membantu merevitalisasi industri dirgantara nasional Indonesia , terutama oleh pertumbuhan output manufaktur PTDI itu . Kedua perusahaan menikmati hubungan manufaktur lama.

PTDI adalah pemasok penting dari C212 dan CN 235 yang digunakan untuk transportasi menengah dan pesawat pengintai ke Airbus Military. Perusahaan ini juga telah bekerjasama dengan Eurocopter pada bulan Juli 2011 dengan kesepakatan kerjasama industri serta pemasaran produk Eurocopter kepada pemerintah Indonesia untuk digunakan di pasar domestik. Kemitraan antara kedua perusahaan dimulai sejak tahun 1970an dan telah melahirkan sejumlah produk seperti 130 BO – 105 , 11 dan 20 SA330 AS332 super Pumas yang dibangun di Bandung. Jalur perakitan didirikan untuk Super Puma pada tahun 2008 , PTDI mengintegrasikan ke dalam rantai pasokan global Eurocopter itu.

Fighters
Untuk jet tempur, Indonesia juga telah membuat daftar belanjanya. Setelah akuisisi awal sembilan Flankers , Indonesia menandatangani kontrak senilai 470 miliar dollar amerika dengan JSC Rosoboronexport pada 29 Desember 2011 untuk enam Su – 30MK2 yang telah tiba pada Februari , Mei dan September 2013.
Setelah OV – 10 Broncos ditarik dari penggunaan TNI – AU menggantinya dengan empat Super Tocanos yang mulai aktif pada November 2010. Kerjasama dilanjutkan dengan sebuah kontrak baru pada 2012 untuk delapan unit lagi yang datang pada 2014 .

Pada Mei 2011, TNI – AU memesan 16 Korean Aerospace Industries ( KAI ) T – 50I dalam kesepakatan $ 400 juta yang semuanya sudah datang pada 2014. T – 50I menggantikan Hawk Mk 53 di Skadron 15.

Dengan nilai kontrak 750 juta dolar Amerika Indonesia juga mengakuisisi 24 upgrade F – 16 Block 32ID yang disepakati dengan pemerintah AS pada bulan November 2011. Kontrak terdiri dari 19 single- seaters dan lima dual- seaters , dengan empat pesawat pertama direncanakan datang pertengahan 2014 dan diikuti empat unit setiap tiga bulan. Pesawat ini akan jadi tunggangan Skadron 16 yang berbasis di Iswahyudi dan akan bedol desa ke Pekanbaru. Kedatangan pesawat ini akan menggantikan enam F – 16A dan tiga F – 16B Block 15 yang sudah menua. Pesawat-pesawat ini selanjutnya akan dikirim dalam program upgrade Falcon Up. Karena masalah suku cadang akibat embargo, banyak dari pesawat-pesawat tersebut mengalami banyak persoalan.
Bukan hanya F-16, 33 unit jet multi-peran 109/209 Eagle milik Skadron 1 di Pontiniak dan Skadron 12 di Pekanbaru pada pertengahan tahun 90-an dan mengalami masalah karena embargo. Hal yang sama dialami 11 F-5. Untungnya pesawat-pesawat itu bisa diupgrade oleh SABCA ( sekarang Belgia Aerospace ) pada akhir tahun 1990-an dan 2013. Namun, meski sudah ditingkatkan kemampuan, F-5 hanya bisa bertahan hingga 2018 saja. Hal ini menjadikan konsentrasi dana yang ada memang difokuskan untuk mengganti F-5 Tiger ini yang akan menggunakan anggaran 2015-2019.

Salah satu solusi adalah program baru K – FX ( tempur Korea ) yang dikembangkan Indonesi adan Korea. Gelombang pertama kedatangan pesawat siluman ini diperkirakan akan datang lima unit pada 2020. Tetapi proyek itu sempat tertunda bahkan tidak jelas nasibnya hingga dana yang ada digunakan untuk merombak sembilan C – 130H yang didapat secara gratis dari Royal Australian Air Force. Dana yang ada juga digunakan untuk membeli enam 295 CASA yang memiliki kemampuan untuk misi khusus.

Masih ada beberapa spekulasi pesawat apa yang akan didatangkan untuk menggantikan F-5. Salah satu opsi adalah dengan menggunakan F-15. Tetapi sejumlah perusahaan seperti Saab ( Gripen ) , Dassault ( Rafale ) dan Eurofighter juga masuk.

Pengawasan
Dengan sekitar 17.000 pulau yang membentuk kepulauan terbesar di dunia, Indonesia perlu mempertahankan armada pengawasan maritim udara yang modern dalam upaya untuk menghadapi peningkatan ancaman dari bajak laut , penyelundup dan teroris. Untuk itu TNI – AU telah memesan CASA CN 235 pesawat patroli maritim ( MPA ) pada tahun 2012 , dengan sistem Telephonics dan Star Safire HDI FLIR turret . Pengiriman diharapkan pada tahun 2015 yang akan bergabung dengan Skadron 5 Makassar.

Ada juga kebutuhan yang mendesak untuk platform SIGINT , yang bisa dibeli selama rencana anggaran 2015-2019 . Kemungkinan salah satu 212S CASA untuk TNI – AU akan ditingkatkan dengan sistem baru. Tiga Boeing 737-200 surveiller sudah mengalami penuaan dan teknologi yang tertinggal seperti radar hingga mendesak untuk diganti. Kemungkinan besar CN 235 – 220-an akan dibeli.

TNI – AU juga bergantung terutama pada PTDI untuk kebutuhan yang menengah ke kecil airlift . Lima 235 CN beroperasi dengan Skadron 2 di Halim menggantikan lima Fokker-27. Mereka bekerja bersama tiga CASA 295 dari 10 pesanan.
Saat ini ada dua skuadron airlift taktis di TNI – AU yakni Skadron 31 di Halim Perdanakusuma – mengoperasikan pesawat campuran dari C – 130H – 30 ,dan L100 – C – 130H. Sementara Skadron 32 di Abdulrachman Saleh terbang dengan 10 C-130B/Hs , termasuk dua kapal tanker KC – 130B yang menjadi satu-satunya pesawat yang memiliki kemampuan pengisian bahan bakar di udara.

Sebagai hasil dari memperoleh sembilan ex – RAAF C -130 , ketiga C – 130 Unit , Skaron 33 akan berdiri di Makassar untuk memberi dukungan kepada Sukhoi.

Helikopter
Skadron Helikopter ada di Skadron 6 Atang Senjaya Bogor yang terbang dengan empat Super Pumas. Tiga NAS332L1 dengan Skadron 45 di Halim yang digunakan dalam peran VIP bersama dua AS332L2 Eurocopte . Juga berbasis di Atang Senjaya adalah Skadron 8 , yang terbang beberapa NSA330 Puma. Enam EC725s telah diperintahkan untuk peran Pasukan Khusus dan harus disampaikan dalam 2014-2015 ke unit baru Skadron 9 di Kalijati.