Pergolakan yang terjadi di Ukraina dan Timur Tengah yang diikuti dengan memburuknya hubungan Rusia dengan negara-negara Uni Eropa dan Amerika karena ekspansi NATO ke Timur kemungkinan besar masih akan terus terjadi. Rusia merasa terjadi penguatan ancaman terhadap keamanan nasional yang memaksa mereka merancang doktrin militer terbaru guna meningkatkan pertahanan mereka.
Salah satu terobosan signifikan dalam doktrin terbaru tersebut ialah penerbitan konsep ‘kesiapan mobilisasi Rusia’ dan penggunaan ‘sistem pertahanan non-nuklir’ Rusia.
Dibanding dengan versi sebelumnya, doktrin yang disahkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada akhir Desember lalu ini memiliki sejumlah terobosan baru yang cukup signifikan. Untuk pertama kalinya, rencana pertahanan negara Rusia dicantumkan dalam doktrin militer.
Mengacu pada rencana pertahanan tersebut, saat ini Rusia tengah menyusun sistem pertahanan bertingkat yang melibatkan Abkhazia dan Osetia Selatan sebagai mitra strategis. Bersama kedua negara tersebut, Rusia hendak membentuk sistem pertahanan yang efektif bagi wilayah di bagian selatan.
Selain itu, dalam doktrin militer tersebut Rusia juga menyatakan keinginannya untuk mempererat hubungan dengan negara-negara BRICS dan mengakui pentingnya perluasan jaringan dengan mitra-mitra lain secara aktif di bidang kerja sama politik-militer dan teknologi militer.