KAIRO: Mufti Agung Mesir yang merupakan lembaga para ulama memperingatkan koran satir Prancis Charlie Hebdo tidak menerbitkan karikatur baru Nabi Muhammad, dengan menyatakannya tindakan rasis, yang akan memicu kebencian dan kemarahan umat Islam di seluruh dunia.
Charlie Hebdo pada Rabu (14/01/2015) ini berencana akan menerbitkan karikatur Nabi Muhammad di halaman depan terbitan pertamanya sejak kelompok keras bersenjata menyerang kantor mingguan itu di Paris pada Rabu dan menewaskan 12 orang.
“Terbitan itu akan mengakibatkan gelombang baru kebencian terhadap Prancis dan masyarakat Barat pada umumnya serta yang majalah itu lakukan tidak membantu hidup bersama atau pembicaraan antar-peradaban,” kata pernyataan kantor Mufti Agung melalui Shawqi Allam, salah seorang ulama paling berpengaruh di kawasan tersebut Selasa (13/01/2015). “Itu hasutan tak beralasan terhadap perasaan umat Islam di seluruh dunia,” katanya.
Sebanyak 17 orang tewas dalam tiga hari kekerasan, yang dimulai ketika kelompok bersenjata melepaskan tembakan di Charlie Hebdo . Tindakan ini diduga sebagai bentuk balas dendam karena majalah tersebut menampilkan karikatur Nabi Muhammad yang dalam ajaran Islam sangat dilarang.
Mufti Agung itu menggambarkan serangan atas Charlie Hebdo sebagai terorisme dan Al-Azhar Mesir, tempat belajar kegamaan berusia seribu tahun dan dihormati umat Islam di seluruh dunia, menyebut serangan itu tindak pidana.
Tapi, keduanya juga mengecam karikatur Nabi itu, yang memicu kutukan ketika mereka pertama kali diterbitkan pada 2005. Kantor Mufti Agung itu menyeru pemerintah Prancis menolak yang ulah rasis terebut dan menuduh koran itu berusaha memicu perselisihan agama dan memperdalam kebencian. Halaman depan terbitan 14 Januari itu menunjukkan Muhammad, dengan air mata di pipinya, memegang tanda mengatakan “Je suis Charlie” (Saya Charlie), di bawah judul “Tout est pardonne” (Semua diampuni).
Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Senin menuduh Barat munafik atas sikapnya mengenai serangan terhadap Charlie Hebdo dan penyanderaan di pasar swalayan, tempat empat orang Yahudi tewas, sementara tidak mengutuk tindakan anti-Muslim di Eropa.
“Kemunafikan Barat tampak jelas. Sebagai Muslim, kami tidak pernah mengambil bagian dalam pembantaian teroris. Di balik itu, terletak rasisme, kedengkian dan benci Islam,” katanya.