Prancis Hanya Awal Gelombang Teror di Eropa

Prancis Hanya Awal Gelombang Teror di Eropa

PARIS

WASHINGTON: Aksi Teror di Prancis disebut hanya awal dari gelombang serangan teror lain ke benua Eropa, demikian dugaan dari badan intelijen Amerika Serikat yang berhasil menyadap komunikasi pemimpin kelompok ISIS.

Surat kabar asal Jerman, Bild mengutip dari sumber anonim, tidak lama setelah penembakan di kantor majalah Charlie Hebdo, badan National Security Agency dari Amerika Serikat mengintersepsi komunikasi dari pemimpin tinggi ISIS yang pada intinya berisi pengumuman rencana serangan-serangan baru.

Peristiwa di Paris diduga hanya menjadi awal dari serangkaian serangan lain di sejumlah kota di Eropa, termasuk Roma, Italia. Namun sayangnya rincian rencana teror itu belum diketahui sampai sekarang.

Badan intelijen Amerika Serikat juga dikabarkan mempunyai informasi bahwa dua bersaudara Cherif dan Said Kouachi–yang merupakan pelaku utama pembunuhan massal di kantor majalah asal Prancis, Charlie Hebdo mempunyai kontak dengan sejumlah orang di Belanda, tulis Bild.

Sebanyak 17 orang terbunuh dalam peristiwa penembakan brutal di majalah tersebut. Pihak kepolisian kemudian memburu para pelaku dan menewaskan dua bersaudara Kouachi dan Amedy Coulibaly.

Perdana Menteri Prancis Manuel Valls, membuat pernyataan yang berani, Sabtu (10/01/2014) dengan  menyatakan perang terhadap Islam radikal, menurut New York Times.

“Ini adalah perang melawan terorisme, melawan jihad, melawan Islam radikal, terhadap segala sesuatu yang bertujuan untuk memecahkan persaudaraan, kebebasan, solidaritas,” kataValls dalam pidatonya.

“Saya Charlie,” adalah slogan banyak akan memiliki poster di jalan-jalan akhir pekan ini. Ini telah membawa orang bersama-sama melawan jihadis Islam yang membunuh 12 orang dalam serangan pada Rabu, termasuk majalah editor-in-chief dan kartunis terkemuka.

Sumber: Sputnik/Business Insider