BEIJING: China berhasil melakukan uji terbang formasi pertama pada drone baru yang dikembangkan Chengdu Pterodactyl atau Wing Loong. Jika semua berjalan sesuai dengan rencana, pesawat tak berawak akan masuk ke produksi massal akhir tahun ini.
Pesawat ini memiliki panjang 9 meter, sedangkan lebar sayap adalah 14 m, yang memungkinkan untuk terbang pada waktu lama. Uji terbang formasi menjadi ujian besar bagi sistem kontrol drone itu, sebagai penerbangan formasi membutuhkan tingkat akurasi sangat tinggi untuk mencegah tabrakan udara. Uji terbang ini menunjukkan masalah sistem remote control jarak jauh drone telah diselesaikan.
Drone dapat dikontrol dalam dua cara yang berbeda. Pertama menggunakan komunikasi nirkabel, yang memberikan radius tempur sekitar 200 km. Kedua drone juga dapat dikontrol oleh pilot di darat yang mengarahkan drone melalui satelit untuk memperluas radius tempur hingga 2.000 km.
Selama uji terbang formasi, Wing Loong berhasil mendarat di sebuah bandara yang berada di daerah pegunungan di selatan Cina Guizhou.
Penerbangan dan mendarat sukses menunjukkan bahwa Wing Loong dapat digunakan pada misi pengintaian dan pasokan setara dengan drone Barat, kata Cao Weidong, komentator militer China Senin (05/01/2015). Di masa depan drone China juga akan disesuaikan dengan kapal induk. Tetapi sepertinya untuk Wing Loong belum mampu untuk melakukan integrasi dengan kapal induk.
Meskipun Wing Loong masih jauh dari yang digunakan, kemungkinan setara dengan US MQ-1 Predator yang merupakan drone kombinasi pengawasan dan serangan. Secara bentuk drone ini memang sangat mirip. Dari segi kualitas dan kemampuan membawa senjata diklaim akan setingkat dengan Predator. Namun drone ini kalah dalam soal mesin dengan MQ-9 Reaper yang menggunakan mesin turbojet yang membuatnya jauh lebih cepat daripada Predator, yang memiliki kecepatan lebih dari 200 km / jam. Kecepatan Predator ini sejajar dengan Wing Loong. (REY)
Sumber: Want China Times
