
BAGDAD: Di tengah berlangsungya operasi gabungan koalisi melawan ISIS di Suriah dan Irak, China telah tiba-tiba menawarkan bantuan ke Irak untuk ikut membantu. Wang Yi, menteri luar negeri China, telah menawarkan untuk membantu militer Irak menghadapi kelompok militan melalui bentuk-bentuk dukungan untuk serangan udara berlangsung. Namun, bantuan China akan datang secara sepihak dan di luar kerangka koalisi pimpinan AS terhadap ISIS.
“[Mr Wang] mengatakan, kebijakan kami tidak mengizinkan kita untuk terlibat dalam koalisi internasional,” Ibrahim Jafari, menteri luar negeri Irak yang sedang dalam pembicaraan dengan Yi, kepada Financial Times Selasa (16/12/2014)
Keengganan China untuk bergabung dalam koalisi dapat membuat kontribusi militer untuk upaya perang mirip dengan Iran. Iran telah mulai melakukan serangan udara terhadap ISIS di sepanjang perbatasan Irak-Iran tanpa keanggotaan dalam atau koordinasi bahkan jelas dengan koalisi AS.
Kepentingan China di Irak sebagian besar didorong oleh investasi Beijing di industri minyak Irak. Menurut Financial Times, China adalah investor asing terbesar di sektor minyak Irak. Beijing menarik seperlima dari minyak dari negara dan sekitar 10.000 warga negara China yang bekerja di ladang minyak Irak sebelum ISIS ‘blitz di seluruh negeri musim panas ini.
Intervensi China di Irak akan lebih menunjukkan kesediaan Beijing untuk melenturkan otot militernya dalam rangka melindungi kepentingan ekonomi luar negeri. Pada bulan September, China mengumumkan akan mengerahkan 700 tentara infanteri untuk membantu Misi PBB di Sudan yang dilanda perang Selatan. Hal ini diduga bahwa China telah mengirimkan tentara untuk melindungi kepentingan minyak China menerima 5% dari minyak mentah dari Sudan Selatan.
China juga menjadi semakin tidak nyaman dengan keberadaan ISIS dan dapat melihat kelompok sebagai nasional memperlakukan keamanan. Diperkirakan 300 warga negara China, sebagian besar dari minoritas Uighur di negara itu, diyakini berjuang bersama para militan. (VIT)
Sumber: Business Insider