Mampu terbang tinggi dan cepat, F-22 Raptor siluman adalah jet tempur paling mematikan yang pernah dibangun Amerika. Tapi Raptor-dan sebenarnya semua jet tempur AS- memiliki masalah krusial. Menurut setengah lusin pejabat Angkatan Udara baik yang masih menjabat maupun yang sudah pensiun mengatakan rudal udara ke udara yang dibawa F-22 sudah tidak mungkin lagi bisa menghantam musuh karena perkembangan radar jamming pesawat.
Masalah ini telah muncul ke permukaan setelah ketegangan yang terus meningkat dengan Rusia dan potensi konflik antara kekuatan-kekuatan besar sekali lagi kemungkinan-bahkan jika satu remote.
“Kami-AS [Departemen Pertahanan] – telah mengejar metode yang tepat untuk melawan EA [serangan elektronik] selama bertahun-tahun,” kata seorang pejabat Angkatan Udara senior dengan pengalaman yang luas di F-22 kepada The Daily Beast. “Jadi, sementara ini harus diakui kami bekerja dalam waktu yang sulit untuk menargetkan [pesawat musuh seperti Sukhoi buatan Rusia] Su-35 dan rudal kami akan memiliki waktu yang sulit membunuh mereka.”
Masalahnya adalah bahwa banyak musuh potensial, seperti China dan Rusia, telah mengembangkan dvanced digital radio frequency memory (DRFM) jammers yang secara efektif menghafal sinyal radar masuk dan mengulanginya kembali ke pengirim, hal ini sangat serius menghambat kinerja radar.

Lebih buruk lagi, jammer baru ini tidak bisa terdeteks radar kecil yang ditemukan onboard rudal udara-ke-udara seperti Raytheon AIM-120 AMRAAM, yang merupakan senjata jarak jauh untuk semua pesawat tempur AS dan sekutunya.
Itu berarti pesawat harus menggunakan beberapa kali tembakan untuk bisa menembak jatuh jet musuh. Bahkan untuk siluman canggih sekelas Raptor pun harus melakukan hal itu.
“Sementara tepat Pk [probability of kill] kita mengatakan bahwa saya tidak akan bisa membunuuh satu untuk satu,” kata pejabat senior Angkatan Udara. Ini adalah “masalah yang sama” bagi para jet tempur Amerika lainnya seperti F-15, F-16, atau F / A-18.
Pejabat Angkatan Udara dengan pengalaman di F-35 Joint Strike Fighter juga setuju. “AMRAAM yang memiliki beberapa upgrade besar selama bertahun-tahun, tapi pada hari iini, itu teknologi itu tidak lagi signifikan dengan teknologi perang elektronik yang ada sekarang,” kata pejabat ini.
Seperti petinju, setiap rudal memiliki jangkauan, j untuk seberapa jauh ia bisa memukul. Dalam waktu yang tidak terlalu jauh, rudal jangkauan di luar visual seperti AMRAAM juga berkembang di banyak tempat. Terutama, Rusia diketahui mengembangkan senjata yang sangat jauh yang disebut K-100 yang memiliki jangkauan jauh lebih baik dari apa yang ada saat ini.
“Sementara kita akan sulit menargetkan Rusia Su-3 dan rudal kami akan memiliki waktu yang sulit membunuh mereka.”