
Angkatan Darat Amerika kebingungan dengan adanya temuan dari Departemen Pertahanan yang menyatakan Angkatan Darat telah gagal melaporkan peralatan snilai US$419, 5 juta yang mungkin telah hilang di Afghanistan.
Jumlah senjata yang tidak bisa dilacak keberadaannya itu terdiri dari sekitar 15.600 item yang hilang dari Bagram dan Kandahar. Badan Audit Departemen Pertahanan menyatakan keberadaan senjata itu belum dilaporkan dalam proses penarikan kembali ke negara asal.
”Setelah inspektur audit membuat laporan awal mereka, unit yang terlibat mengambil tindakan segera melakukan penelitian ke zona tempat senjata itu digunakan,” kata Michael Cervone, kepala direktorat pasokan Angkatan Darat.
Namun dia menegaskan tidak mungkin semua peralatan itu benar-benar hilang. Kemungkinan peralatan itu masih ditangan militer AS tetapi tempatnya yanag berpindah di suatu tempat di Afghanistan.
Laporan itu juga menyoroti tata pengelolaan senjata yang telah dilakukan Pentagon selama puluhan tahun terakhir. William Greenwalt, dari Marilyn Ware Center for Security Studies at the American Enterprise Institute mengatakan Angkatan Darat belum melakukan apa yang disebut Wal-Mart dan UPS untuk senjata mereka. “Mereka harus memiliki pelacakan dan manajemen persediaan kelas dunia, bahkan di zona perang, dengan scanner, dengan teknologi komersial. Anda pasti bingung kan kenapa militer AS tidak mengadopsi praktek-praktek lama Anda lihat di setiap pengecer di Amerika?’ ”
Para pejabat AD tetap yakin senjata-senjata itu akan ditemukan jika nantinya basis garis depan benar-benar ditutup. Namun, sejak tahun 2010, 309 pangkalan depan operasi telah ditutup dan hanya 23 persen dari peralatan telah pulih.
Ini bukan pertama kalinya Badan Audit mengingatkan Angkatan Darat atas hilangnya peralatan. Angkatan Darat pernah kehilangan senjata senilai US$586,8 juta selama 12 bulan pada temuan Mei 2013, yang mendorong Angkatan Darat untuk membentuk gugus tugas untuk memburu peralatan itu di Afghanistan.
Ini juga bukan pertama kalinya sebuah badan pengawas telah menyalahkan penanganan Pada tahun lalu, Inspektur Jenderal Khusus untuk Rekonstruksi Afghanistan (Sigar) menemukan bahwa sementara Komando Gabungan Keamanan membeli suku cadang dengan nilai sekitar US$370 juta tetapi dari penyelidikan anggaran yang dibelikan hanya US$ 230 juta. Sisanya senilai US$138 juta tanpa pertanggungjawaban yang jelas.
AS dan pemerintah Afghanistan juga telah ceroboh dalam pencatatan lebih dari 747.000 senapan AK-47, senapan mesin, peluncur granat, dan senjata lainnya untuk pasukan Afghanistan sejak 2004, senilai sekitar US$ 626 juta. Ada potensi nyata senjata ini jatuh ke tangan pemberontak, kata sebuah laporan Sigar diterbitkan pada bulan Juli.
AS membanjiri Afghanistan dengan senjata kecil untuk lebih dari 112.000 pasukan Afghanistan itu. Pencatatan tidak memiliki database yang kompatibel, nomor seri yang hilang dan dan lemahnya proses pengadaan.
Sumber:Defense News
Comments are closed