Kapal Selam Rusia Kini Juga Menggunakan Sangkar Anti-Drone

Kapal Selam Rusia Kini Juga Menggunakan Sangkar Anti-Drone

Perlindungan anti-drone yang terlihat di menara komando kapal selam rudal balistik Tula Rusia. Ini menunjukkan meningkatnya ancaman drone yang dihadapi negara tersebut.

Kapal selam rudal balistik nuklir kelas Delta-IV Rusia, Tula  terlihat mengenakan pelindung lapis baja, yang umumnya dikenal sebagai cope cage atau kandang. Peralatan itu ditempatkan di atas menara komandonya. Tujuannya hampir pasti  untuk membantu melindungi dari serangan drone.

Ini menjadi contoh pertama dari perlindungan tambahan semacam ini  yang dikenakan pada kapal selam. Sebelumnya kandang perlindungan secara rutin digunakan pada tank dan kendaraan lapis baja oleh kedua pihak yang berkonflik di Ukraina. Hal ini menggarisbawahi meningkatnya ancaman pesawat drone.

Tula pertama kali terlihat dengan tindakan penanggulangan drone dalam video yang baru-baru ini ditayangkan saluran televisi milik pemerintah Russia-24. Kapal selam yang dikenal di Rusia sebagai kapal kelas Project 667BDRM atau Delfin  ditugaskan ke Armada Utara Angkatan Laut Rusia. Kapal  ditempatkan di Gadzhiyevo di wilayah Murmansk. Daerah  paling utara di negara itu.

Kapal selam kelas Delta IV  yang masing-masing memiliki bobot terendam sekitar 15.500 ton dan dapat memuat hingga 16  rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam R-29RMU Sineva .

Tula terlihat berlabuh di sebelah Vepr. Kapal selam serang nuklir Project 971U yang oleh NATO disebut sebagai kelas Akula II . Vepr yang jauh lebih ramping tidak memiliki kandang di atas menara komandonya.

Para ahli dan pengamat mengemukakan kemungkinan struktur berbingkai logam di atas menara komando Tula juga bisa menjadi bagian dari pelindung matahari. Atau untuk tujuan lain. Juga tidak jelas apa yang mungkin terjadi jika kapal selam itu menyelam. Akan lebih masuk akal jika peralatan tersebut relatif mudah dipasang dan dilepas sesuai kebutuhan. Sehingga kandang hanya dipasang ketika kapal berada di permukaan. Terutama saat berlabuh di pelabuhan.

Apa pun masalahnya, desain  semacam ini sejalan dengan jenis pelindung anti-drone tambahan yang pertama kali dipasang oleh pasukan Rusia pada tank mereka. Peralatan ini sudah mulai muncul saat persiapan invasi Rusia ke wilayah Ukraina pada tahun 2022.  Armor jenis ini kemudian menjadi fitur umum pada tank Rusia dan Ukraina serta kendaraan lapis baja lainnya. Tank Israel yang menyerang Gaza juga mengadopsi perlindungan semacam ini.

Dilarang menggunakan materi ini untuk channel YouTube tanpa seizin JejakTapak

Gadzhiyevo berjarak lebih dari 1.600 km dari garis depan di Ukraina . Dan berada di luar jangkauan drone kamikaze jarak jauh Ukraina. Setidaknya yang kita ketahui sekarang.  Tetapi tim sabotase mampu melakukan serangan di wilayah Rusia. Termasuk  menggunakan drone bersenjata jarak pendek . Operasi tersebut telah terjadi hingga wilayah Pskov di Rusia. Namun masih ratusan km di selatan Murmansk.

Bagian atas menara komando yang terbuka di kapal selam, terutama jenis rudal balistik nuklir strategis yang sangat berharga, akan menjadi target  menarik untuk serangan pesawat tak berawak. Selain itu, kapal selam berlayar di permukaan saat masuk dan keluar pelabuhan. Dan  terkadang juga melakukan hal tersebut saat transit di masa damai melalui jalur perairan padat lainnya. Pada saat yang sama, mereka memiliki kemampuan manuver yang terbatas saat berada di permukaan dan tidak memiliki pertahanan jarak dekat eperti yang dimiliki kapal perang permukaan.

Serangan drone yang berhasil terhadap kapal selam bisa menjadi bencana. Bahkan drone dengan hulu ledak yang relatif kecil berpotensi memicu kebakaran hebat. Kebakaran besar yang terjadi di kapal selam nuklir dapat menimbulkan dampak besar di luar lambung kapal. Terutama jika kapal tersebut tidak jauh dari laut.

Drone FPV khususnya, sangat bermanuver. Dan telah menunjukkan kemampuannya untuk masuk ke dalam kendaraan lapis baja melalui lubang terbuka. Atau masuk ke dalam gedung melalui lubang apa pun yang tersedia. Drone bersenjata yang dikonfigurasi untuk menjatuhkan amunisi improvisasi juga terbukti mampu memasukkan muatannya ke dalam lubang palka dan ruang kecil lainnya. Drone yang lebih kecil terutama yang bergerak tidak menentu, sulit dikenali dan ditembak jatuh.

Dengan kemampuan manuver tingkat tinggi, drone FPV telah menunjukkan kemampuannya untuk menghindari desain pelindung sangkar tertentu . Hal ini pada gilirannya, menyebabkan munculnya konfigurasi layar lapis baja yang semakin rumit di medan perang di Ukraina.

Secara keseluruhan, masih ada pertanyaan mengenai layar pelindung anti-drone di menara komando Tula. Dan seberapa efektif hal itu dalam praktiknya. Munculnya perlengkapan tersebut di kapal selam, ratusan bahkan ribuan km jauhnya dari Ukraina menggarisbawahi ada kekhawatiran tentang bahaya yang ditimbulkan oleh drone bersenjata. Ancaman  yang kini nyata terjadi di semua domain dan terus berkembang di seluruh dunia.

Pada  Minggu, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengunjungi markas Armada Laut Hitam di Sevastopol di Semenanjung Krimea yang diduduki. Saat berada di sana dia menyerukan pertahanan yang lebih besar dan kesiapan umum yang lebih baik terhadap drone udara. Juga pada kapal permukaan tak berawak Ukraina yang telah menenggelamkan tiga kapal perang Rusia di Laut Hitam sejak Februari.

Jadi sangkar di atas menara komando kapal selam mencerminkan ancaman yang semakin perlu diatasi. Dan itu tidak hanya oleh Angkatan Laut Rusia.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.