Sempat digadang-gadang akan menjadi lompatan teknologi militer Indonesia, drone Elang Hitam akhirnya terhempas dalam nasib yang tidak menggembirakan. Meski sejujurnya situasi yang terjadi sekarang ini bukan hal yang terlalu mengejutkan.
Elang Hitam direncanakan akan menjadi drone kombatan jenis medium-altitude long-endurance (MALE). Proyek ini sendiri sudah mulai menjadi salah satu Program Strategis Nasional pada 2016.
Elang Hitam kali pertama diperkenalkan di PT Dirgantara Indonesia pada 30 Desember 2019 dan diharapkan akan terbang perdana pada 2021.
Sebuah konsorsium dibentuk untuk mengembangkan dan membangun elang Hitam. Mereka terdiri dari Kementerian Pertahanan, TNI Angkatan Udara, PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT Len Industri (Persero), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Sejak awal proyek ini terlihat terlalu ambisius. Untuk membuat drone terbang tiga tahun sejak diperkenalkan bukanlah perkara sepele. Bagaimanapun drone adalah teknologi rumit dan butuh banyak teknologi kunci.
Belum lagi jika bicara tentang bagaimana membuat drone bisa menjalankan misinya setelah nanti dia bisa terbang.
Membuat pesawat bisa terbang itu sebuah masalah. Tetapi bagaimana membuat pesawat bisa berfungsi sesuai tujuannya itu masalah yang lain.
Untuk masalah pertama tidak bisa dilewati. Drone tersebut sebenarnya diam-diam telah diuji untuk terbang pada Desember 2021.
Tetapi menurut Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko pengujian itu gagal. Tidak jelas bagaimana bentuk kegagalan itu. Apakah drone gagal mengudara atau jatuh saat di udara.
Simak selengkapnya dalam tayangan berikut: