Hingga akhir Agustus 2022 lalu tampaknya perang di Ukraina akan menuju ke bulan-bulan musim dingin yang membekukan dengan tidak ada pihak yang membuat kemajuan berarti.
Prognosis itu berubah dengan serangan Ukraina yang tiba-tiba dan sukses. Mereka berhasil merebut sebagian besar Kharkiv yang diduduki Rusia.
Militer Rusia sekarang harus bertanya pada dirinya sendiri tentang kekuatan macam apa yang mereka punya. Selain itu juga di mana tepatnya mereka dikerahkan untuk dapat memperoleh kembali inisiatif.
Ada dinamika politik penting yang juga terlibat. Kremlin menghadapi pilihan sulit. Yang pertama apakah akan mendeklarasikan mobilisasi umum untuk menghidupkan kembali unit-unitnya yang semakin compang-camping di Ukraina.
Kedua bagaimana Moskow mengelola defisit anggaran yang mulai terjadi. Ini akibat pendapatan dari sektor minyak dan gas telah turun. Namun Rusia masih diuntungkan dengan memiliki cadangan devisa yang tinggi.
Jauh di luar teater perang, Rusia harus memilih seberapa jauh mereka akan menggunakan pasokan gas Eropa sebagai senjata.
Faktanya negara-negara Eropa tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah. Mereka siap untuk menghabiskan banyak uang untuk mengurangi dampak dari pasokan yang sangat ketat.
Dilema potensial lainnya adalah tanda-tanda yang makin jelas bahwa dukungan China untuk invasi Rusia tidak pernah sepenuh hati dan mungkin akan berkurang. Konflik di antara sekutu Rusia baik di Kaukasus Selatan dan Asia Tengah juga akan memaksa Vladimir Putin membagi energinya.
Serangan balasan Ukraina yang berhasil di Kharkiv dikombinasikan dengan tekanan di selatan telah membuat Kremlin dan Kementerian Pertahanan Rusia banyak dikritik dengan berbagai pilihan buruk.
Simak selengkapnya dalam tayangan berikut: