Rencana pesawat tempur ‘4+1’ Angkatan Udara untuk tahun 2020-an yang diluncurkan dalam beberapa bulan terakhir disebut akan meninggalkan matra tersebut dengan armada yang terlalu kecil dan tidak dikonfigurasi dengan benar untuk menghadapi ancaman.
Penilaian tersebut disampaikan dalam analisis baru dari Mitchell Institute for Aerospace Studies AFA. Lembaga thing tank ini merilis sebuah makalah pada 25 Oktober 2021 yang menawarkan peta jalan tempur alternatif dan mengatakan rencana Angkatan Udara sekarang ini lebih didorong oleh anggaran, bukan strategi.
Yang dibutuhkan adalah rencana yang menekankan pada pesawat siluman, dengan cepat mempensiunkan pesawat tua yang tidak siluman dan mahal perawatannya, dan tidak menciptakan kesenjangan dalam kemampuan USAF untuk mengendalikan udara dalam konflik.
Heather Penney, peneliti senior Mitchell dan penulis studi tersebut mengatakan ketika melihat di mana Amerika berada hari ini dan rencana USAF tentang kekuatan tempur tahun 2030-an maka akan ada kesenjangan yang signifikan dan penurunan kapasitas dalam beberapa kasus kemampuan.
Rencana Mitchell menawarkan jalan alternatif untuk kekuatan tempur yang dicari USAF. Mitchell merekomendasikan Angkatan Udara Amerika melakukan apa yang diperlukan untuk membawa setidaknya 200 pesawat tempur baru per tahun untuk sekadar menjaga kekuatan pada tingkat numerik yang diperlukan. Angka yang ada saat ini jauh dari level tersebut.
Rencana “4+1” yang dijabarkan dalam beberapa bulan terakhir menyerukan F-22 diikuti oleh pesawat tempur Next-Generation Air Dominance sebagai satu kaki, F-35 sebagai landasan armada, sementara F-15E dan EX sebagai pelengkap untuk membawa senjata besar sebagai yang kaki ketiga. Kaki keempat diisi F-16 untuk memelihara kapaistas kekuatan dan A-10 digambarkan sebagai “plus satu” untuk kebutuhan dukungan udara jarak dekat. Baik F-22 dan A-10 akan dipensiun pada 2030.