Malaysia dan Indonesia memiliki keberatan yang kuat atas keputusan Australia memperoleh kapal selam bertenaga nuklir, meskipun senjata nuklir sendiri bukan bagian dari rencana tersebut.
Pernyataan tersebut disampaikan menteri luar negeri Malaysia Saifuddin Abdullah dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi Senin 18 Oktober 2021.
Mengacu pada Aukus, pakta keamanan trilateral yang disepakati bulan lalu antara Australia, Amerika Serikat dan Inggris, Saifuddin Abdullah mengatakan kedua negara Asia Tenggara itu sama-sama khawatir tentang konsekuensinya. “Meskipun negara itu tidak memiliki kapasitas untuk senjata nuklir, kami khawatir dan khawatir.” katanya
Indonesia bulan September 2021 lalu mengatakan khawatir Aukus dapat menyebabkan perlombaan senjata regional. Kesepakatan itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan di Laut China Timur dan Selatan.
Filipina telah mendukungnya dengan mengatakan hal ini menawarkan penyeimbang yang diperlukan untuk China yang semakin tegas.
Malaysia sebelumnya mengatakan akan mencari pandangan tentang masalah ini dengan China dan ASEAN.
Pada kesempatan tersebut menteri luar neger Indonesia dan Malaysia juga menyatakan kekecewaannya dengan kurangnya kemajuan junta Myanmar dalam mengimplementasikan rencana perdamaian yang disepakati dengan ASEAN.
Asean pada Jumat memutuskan untuk tidak mengundang kepala junta Min Aung Hlaing, yang memimpin kudeta 1 Februari dalam pertemuan regional yang akan datang. Sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh blok tersebut. Retno Marsudi mengatakan ASEAN akan terus menawarkan bantuan kemanusiaan ke Myanmar.