Ketika Angkatan Udara Amerika memetakan masa depan pembom mereka seiring fokus baru Pentagon pada perang potensial dengan China dan Rusia, B-2 yang termuda dan tercanggih serta seharga US$2 miliar atau hampir Rp 30 Triliun akan pensiun paling awal. Sementara yang tertua, bomber B-52 justru akan menjadi yang terakhir. Pesawat lamban ini masih bisa terbangt ketika berumur 100 tahun.
Ini mungkin tampaknya menentang logika dan kacau-balau. Bagaimana mungkin yang lebih tua dan lebih buruk mengalahkan yang lebih baru dan lebih keren. Tetapi itulah faktanya. Orang-orang yang terkait dengan B-2 bisa menerima alasan tersebut ketika sebuah pembom generasi berikutnya datang.
“Dalam pikiran saya, masuk akal untuk B-2 sebagai pesawat yang akan pensiun,” kata John Avery, yang menerbangkan B-2 selama 14 tahun dari Pangkalan Angkatan Udara Whiteman di Missouri barat sebagaimana dikutip Business Insider 30 Juli 2020. Dia dan istrinya, Jennifer, adalah pasangan menikah pertama yang melayani sebagai pilot B-2. Jenifer adalah wanita pertama yang menerbangkan bomber kelelawar ini dalam pertempuran.
Angkatan Udara membuat rencana ini karena masalah uang, angka dan strategi. Angkatan Udara mengharapkan untuk menghabiskan setidaknya US$ 55 miliar untuk menerjunkan bomber baru yang dikenal sebagai B-21 Raider. Pada saat yang sama Pentagon akan menghabiskan ratusan miliar dolar untuk menggantikan semua elemen utama lain dari persenjataan senjata nuklir negara tersebut.
Angkatan Udara juga menghabiskan banyak uang untuk jet tempur baru dan tanker udara sementara seperti matra lain mereka juga akan menghadapi pengetatan anggaran.
B-2 faktanya hanya 21 yang dibangun, dimana 20 yang masih ada sekarang. Jumlah sedikit ini menjadikan mahal dalam perawatan dan suku cadang. Bomber ini juga dipandang semakin rentan terhadap pertahanan udara dari ancaman perang yang baru muncul seperti China.

Lalu ada fakta bahwa B-52, yang mulai beroperasi pada pertengahan 1950-an dan dikenal sebagai kru sebagai Big Ugly Fat Fellow, terus menemukan cara untuk tetap relevan. Pesawat ini dilengkapi untuk menjatuhkan atau meluncurkan berbagai senjata terluas di seluruh inventaris Angkatan Udara.
Pesawat ini sangat berharga sehingga Angkatan Udara dua kali dalam beberapa tahun terakhir telah membawa B-52 kembali dari liang kubur dengan mengambil pesawat pensiunan dari boneyard di gurun di Arizona dan mengembalikannya ke layanan aktif.
Pembom strategis ini memiliki tempat tersendiri dalam sejarah militer Amerika. Dari masa-masa awal Komando Udara Strategis ketika satu-satunya cara Amerika dan bekas Uni Soviet saling meluncurkan senjata nuklir adalah melalui udara, hingga misi pemboman karpet B-52 di Vietnam.
Dikembangkan dalam kerahasiaan pada 1980-an, B-2 diluncurkan sebagai senjata revolusioner. Ini adalah pembom jarak jauh pertama yang dibangun dengan teknologi siluman untuk menghindari radar guna mengalahkan pertahanan udara Soviet terbaik.
Pada saat B-2 pertama dikirim ke Angkatan Udara pada tahun 1993, Uni Soviet telah runtuh dan Perang Dingin telah berakhir. Pesawat ini melakukan debut tempurnya dalam perang Kosovo 1999. Ia menerbangkan sejumlah serangan militer terbatas di Irak dan Afghanistan dan hanya meluncurkan lima serangan militer sejak 2011, semuanya di Libya.
Yang terakhir adalah serangan tahun 2017 yang terkenal dengan fakta bahwa ia merupakan pembom paling mahal dan eksotis di dunia dan melawan militan yang lemah.
“Ini telah membuktikan nilainya dalam pertarungan, seiring waktu,” kata Kolonel Jeffrey Schreiner, yang telah menerbangkan B-2 selama 19 tahun dan merupakan komandan Wing Bom ke-509 di Whiteman.
Namun setelah dua dekade bertempur dalam perang kecil dan pemberontakan, Pentagon mengalihkan fokus utamanya ke apa yang disebutnya persaingan kekuatan besar dengan China dan Rusia. Ini berarti era di mana pertahanan udara yang lebih kuat akan mengancam B-2.
Pentagon kemudian mengalihkan fokus pada bomber masa depan B-21 Raider. Angkatan Udara telah berkomitmen untuk membeli setidaknya 100 dari mereka. Pesawat ini sedang dikembangkan secara rahasia untuk menjadi pembom strategis do-it-all. Sebuah prototipe sedang dibangun sekarang, tetapi penerbangan pertama kemungkinan belum akan dilakukan sebelum 2022.
Pembom adalah legenda, tetapi hasilnya terkadang disesalkan. Sebuah pembom B-2 melukai hubungan AS-China pada 1999 ketika bom itu mengebom kedutaan Beijing di ibukota Serbia, Beograd, menewaskan tiga orang. China mengecam serangan itu sebagai tindakan biadab sementara Amerika bersikeras itu adalah kesalahan.
Angkatan Udara telah merencanakan untuk mempertahankan B-2 terbang hingga 2058 ketika seluruh B-21 Raider tiba.

Pensiun dini juga akan dialami B-1B Lancer, satu-satunya dari tiga jenis bomber Amerika yang tidak lagi berkemampuan nuklir. Angkatan Udara mengusulkan untuk menyingkirkan 17 dari 62 Lancer di tahun mendatang.
Sementara B-52 akan terus terbang. Pesawat ini berhenti berproduksi pada 1962 dan dibangun berdasarkan desain yang dirumuskan pada akhir 1940-an.
Alih-alih mengundurkan diri, Angkatan Udara berencana untuk melengkapi raksasa Boeing ini dengan mesin baru, teknologi radar baru dan peningkatan lainnya agar tetap bisa terbang dan relevan hingga tahun 2050-an. Pesawat ini akan menjadi platform stand off untuk meluncurkan rudal jelajah dan senjata lain dari luar jangkauan pertahanan udara lawan.
Angkatan Udara Amerika membuat perhitungan sederhana: B-52 jauh lebih murah untuk dioperasikan dan dirawat daripada B-2 yang lebih baru meski lebih bagus. Mereka memutuskan bahwa B-52 masih cukup baik.