China telah mengumumkan anggaran pertahanan tahun 2020 yang mencapai 1.268 triliun Yuan atau sekitar Rp2.643 triliun.
Meski meningkat 6,6% dibanding tahun sebelumnya, tingkat pertumbuhan ini adalah terendah yang tercatat selama bertahun-tahun.
Pemerintah mengatakan pelambatan itu terkait langsung dengan Covid-19 dan dampak pandemi yang menghancurkan pada ekonomi domestik dan global.
“Anggaran pertahanan [pada 2020] terus melihat pertumbuhan satu digit untuk tahun kelima berturut-turut,” lapor kantor berita negara Xinhua. “Ini adalah tingkat pertumbuhan terendah dalam beberapa tahun terakhir.”
Anggaran pertahanan diumumkan pada sesi tahunan National People’s Congress (NPC), yang dimulai pada 22 Mei.
Pada acara ini, pemerintah, untuk pertama kalinya, menahan diri dari menetapkan target ekonomi tahunan China. Penghilangan itu, katanya, adalah tanggapan terhadap Covid-19 dan ketidakpastian ekonomi. Pada kuartal pertama 2020, ekonomi China mengalami kontraksi 6,8%.
Terlepas dari kendala ekonomi, Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan kepada anggota dewan NPC bahwa pemerintah China berkomitmen untuk berinvestasi dalam kemampuan militer.
“Kami akan memperdalam reformasi dalam pertahanan nasional dan militer, meningkatkan kapasitas dukungan logistik dan peralatan kami, dan mempromosikan pengembangan inovatif ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkait dengan pertahanan,” katanya.
“Kami akan meningkatkan sistem mobilisasi pertahanan nasional dan memastikan bahwa persatuan antara militer dan pemerintah dan antara militer dan rakyat tetap kokoh,” tambah Li.
Pertumbuhan anggaran juga dianggap positif oleh media milik negara. Surat kabar Global Times milik pemerintah, mengutip analis militer tak dikenal, mengatakan alokasi pertahanan ini “berarti bahwa China dapat menyediakan dana yang cukup untuk pengembangan militer meskipun dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh wabah Covid-19”.
https://www.youtube.com/watch?v=qOG7-GoCK14