Situasi Makin Kacau, Turki akan Bebaskan Pengungsi Suriah Masuk Eropa
Pengungsi Suriah

Situasi Makin Kacau, Turki akan Bebaskan Pengungsi Suriah Masuk Eropa

Turki yang seperti sendirian tanpa dukungan sekutu menghadapi konflik di Suriah memutuskan untuk tidak lagi menghalangi pintu masuk pengungsi menuju Eropa.  Langkah ini hampir pasti akan membuat negara Eropa kesulitan dan mau tidak mau akhirnya terlibat dalam konflik.

Turki terus mendapat gempuran dari pasukan Suriah yang didukung Rusia. Sebuah serangan udara Suriah di wilayah barat laut Suriah, Idlib, menewaskan 29 tentara Turki dan melukai yang lainnya.

Hampir satu juta warga sipil telah terlantar di Idlib dekat perbatasan Turki sejak Desember ketika pasukan pemerintah Suriah yang didukung Rusia merebut wilayah dari pemberontak Suriah yang didukung Turki, menandai krisis kemanusiaan terburuk dari perang sembilan tahun negara itu.

Ancaman untuk membuka jalan bagi pengungsi ke Eropa akan, jika benar diambil akan membalikkan janji yang dibuat Turki ke Uni Eropa pada 2016 dan dapat dengan cepat menarik kekuatan Barat ke dalam perselisihan tentang Idlib dan menghentikan negosiasi antara Ankara dan Moskow.

Untuk mengantisipasi kedatangan segera para pengungsi dari Idlib, polisi Turki, penjaga pantai dan petugas keamanan perbatasan telah diperintahkan untuk mundur di penyeberangan darat dan laut pengungsi.

“Kami telah memutuskan, secara efektif segera, untuk tidak menghentikan pengungsi Suriah mencapai Eropa melalui darat atau laut,” kata pejabat senior Turki itu kepada Reuters yang minta tidak disebutkan namanya. “Semua pengungsi, termasuk Suriah, dipersilakan untuk menyeberang ke Uni Eropa.”

Pejabat itu mengatakan beban menampung pengungsi akan terlalu berat untuk ditanggung oleh satu negara.

Turki menampung sekitar 3,7 juta pengungsi Suriah dan berulang kali mengatakan tidak lagi mampu menampung lebih banyak lagi. Di bawah kesepakatan tahun 2016, Uni Eropa telah memberikan bantuan miliaran euro sebagai imbalan bagi Ankara yang setuju untuk membendung masuknya migran ke Eropa.

Pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang didukung oleh serangan udara Rusia   telah berusaha keras dalam beberapa bulan terakhir untuk merebut kembali wilayah terakhir yang dikuasai pemberontak di barat laut Suriah setelah perang yang telah menggusur jutaan orang dan menewaskan ratusan ribu orang.

Anggota NATO, Turki, telah mengirim ribuan tentara dan peralatan militer berat ke provinsi Idlib dalam beberapa pekan terakhir untuk mendukung pemberontak yang didukungnya melawan serangan itu.

Erdogan telah memperingatkan bahwa Turki akan meluncurkan serangan skala penuh untuk mengusir pasukan Suriah kecuali jika mereka mundur. Dia mengadakan pertemuan darurat dengan staf selama beberapa jam pada Kamis malam untuk membahas serangan yang telah mengakibatkan 50 pasukan turki tewas bulan ini.

Kesepakatan UE-Turki 2016 bertujuan untuk membantu mengakhiri kedatangan para migran dan pengungsi, kebanyakan dari mereka melarikan diri dari perang dan kemiskinan di Timur Tengah, Afrika dan Asia, setelah lebih dari satu juta mencapai Eropa pada 2015.

Di bawah perjanjian tersebut, para migran dan pengungsi yang menyeberangi Laut Aegean dikirim ke Turki. Tetapi Ankara mengatakan, dana dari Eropa lambat terwujud dan tidak seberapa di samping US$ 40 miliar yang dikatakan telah dibelanjakan.

Dari Washington dilaporkan  Amerika Serikat prihatin dengan serangan terhadap tentara Turki di wilayah Idlib Suriah dan negara itu menyatakan berdiri di samping Turki.

“Kami mendukung sekutu NATO kami, Turki dan terus menyerukan untuk segera mengakhiri serangan tercela oleh rezim Assad, Rusia, dan pasukan yang didukung Iran,” kata seorang perwakilan Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.

Menteri Pertahanan Amerika Mark Esper berbicara dengan mitranya dari Turki pada hari Kamis membahas kondisi terakhir.

“Seperti yang dikatakan Presiden Trump pada hari Selasa, dan seperti yang dibahas melalui telelpon hari ini, kami sedang menjajaki cara-cara Amerika Serikat dapat bekerja sama dengan Turki dan masyarakat internasional,” kata pernyataan Pentagon.