Dalam sebuah rekaman video yang ditangkap oleh drone dan dibagikan di media sosial terlihat pembawa personel lapis baja ACV-15 milik pemberontak Suriah yang dipasok oleh Turki telah sengaja menabrak tank tempur utama rezim Suriah T-72.
Editor kebijakan luar negeri Bild, Julian Röpcke pada Sabtu membagikan video yang mengatakan, “Mungkin rekaman pertempuran paling tidak nyata dari seluruh perang di Suriah, membuktikan ketidakmampuan total pasukan Assad, yang akan menjadi debu sejak 2015, jika Rusia tidak melakukan intervensi membantunya.”
Maybe the most unreal battle footage of the entire war in #Syria, proving the total incompetence of the Assad army, which would be dust since 2015, if Russia did not intervene on its side.#HTS Turkish-supplied ACV-15
dancing with#Assad Russian-supplied T-72
The little guy wins. pic.twitter.com/X8ZQRDnqNg— Julian Röpcke🇺🇦 (@JulianRoepcke) February 22, 2020
Video berdurasi sekitar dua menit itu menunjukkan tarian mematikan kendaraan lapis baja ringan tracked ACV-15 yang dikembangkan, dirancang dan diproduksi oleh Perusahaan Turki FNSS Savunma Sistemleri dan tank tempur utama generasi kedua T-72 buatan Rusia.
Rekaman diawali oleh T-72 yang sedang menembakkan meriamnya ke sebuah target. Beberapa saat kemudian sebuah ACV-15 datang dengan cepat kea rah tank era soviet tersebut.
T-72 kemudian mencoba menghindar tetapi terus dikejar hingga keduanya sempat berputar-putar atau disebut sebagai ‘tarian mematikan’. Akhirnya ACV-15 bisa menabrak tank tempur utama yang pastinya jauh lebih berat tersebut.
ACV-15 didasarkan pada Advanced Infantry Fighting Vehicle Amerika, yang pada gilirannya didasarkan pada pengangkut personel lapis baja M113A1 Amerika.
Menurut AMN Al-Masdar News, pada hari Kamis, pemberontak Suriah dan militan yang didukung Turki berusaha untuk menguasai Nayrab selama operasi besar-besaran di Idlib timur.
Seorang anggota faksi Suriah yang bersekutu dengan Turki mengatakan bahwa pasukan Turki bertempur bersama pemberontak di garis depan, dan bahwa pasukan oposisi bertujuan untuk merebut kembali kota strategis Saraqeb dari rezim.