Rusia: Rencana Amerika Persenjatai Ruang Angkasa Jadi Pukulan Berat pada Keamanan
ilustrasi

Rusia: Rencana Amerika Persenjatai Ruang Angkasa Jadi Pukulan Berat pada Keamanan

Rusia mengatakan rencana oleh Amerika Serikat untuk mengerahkan senjata di luar angkasa akan memberikan pukulan yang merusak total keseimbangan keamanan saat ini di ruang angkasa. Bahkan kerusakan keseimbangan tersebut akan tidak bisa dipulihkan lagi di masa depan.

Kantor berita Rusia RIA mengutip kementerian luar negeri melaporkan Rusia khawatir dengan rencana Amerika untuk menempatkan senjata di wilayah yang seharusnya menjadi milik bersama.

Rusia sendiri mengklaim tidak memiliki rencana untuk menyelesaikan masalah di ruang angkasa menggunakan senjata.

Amerika telah secara serius meningkatkan perhatian dalam kekuatan militer di domain ruang angkasa. Negara ini secara resmi telah membangun Space Force sebagai matra terpisah.

Amerika belum pernah melihat cabang militer baru sejak tahun 1947, ketika Angkatan Udara Amerika memisahkan diri dari Angkatan Darat Amerika.

Defense News melaporkan bahwa Angkatan Udara, yang akan menyediakan sebagian besar tenaga kerja, membayangkan pasukan awal akan kurang dari 200 personel. Mereka terdriri dari 151 personel Angkatan Udara, 24 Angkatan Darat, 14 Angkatan Laut, dan sembilan personel tambahan dari Pentagon dan komunitas intelijen Amerika. Namun pada akhirnya lebih dari 15.000 personel Angkatan Udara dapat menyeberang ke Force Space.

Space Force Amerika  juga menghidupkan lagi Space Fence atau Pagar Ruang Angkasa ini dirancang untuk melacak benda-benda kecil di luar angkasa dan dibangun di sebuah pulau terpencil di Pasifik Selatan.

Sistem radar baru  dan akan memungkinkan militer untuk mengawasi ribuan objek yang mengorbit Bumi, hingga 22.000 mil dari permukaan planet ini.

Pagar Luar Angkasa, yang terletak di Atol Kwajalein di Pasifik, juga akan membantu militer memantau sampah antariksa, melacak satelit musuh, dan membantu mencegah satelit saling bertabrakan.

Versi sebelumnya dari Pagar Luar Angkasa yang ditutup pada 2013 karena pemotongan anggaran, hanya bisa melacak item di orbit rendah Bumi. Sementara Pagar Luar Angkasa yang baru dirancang untuk mendeteksi objek sekecil empat inci tidak hanya di orbit rendah Bumi (sekitar 99 hingga 1.200 mil), juga orbit menengah (1.200 hingga 22.000 mil) dan orbit geosinkron (22.000 mil dan lebih jauh).

Di sisi lain, Amerika juga menuduh Rusia telah melakukan kegiatan militer di ruang angkasa. Komandan Komando Luar Angkasa dan Kepala Pasukan Luar Angkasa Amerika Jenderal John Raymond membenarkan laporan tersebut. Dia mengatakan pesawat Rusia melakukan manuver orbit baru-baru ini dan tampaknya mengancam satelit keamanan nasional Amerika.

“November lalu pemerintah Rusia meluncurkan satelit yang kemudian merilis satelit kedua. Satelit-satelit ini telah secara aktif bermanuver di dekat satelit pemerintah Amerika  yang dicirikan oleh pemerintah Rusia sebagai ‘satelit inspektur,’” kata Jenderal A.S. John Raymond dalam sebuah pernyataan kepada CNBC Rabu 12 Februari 2020.

CNBC juga mencatat bahwa pesawat ruang angkasa Rusia berada dalam jarak 300 kilometer dari USA 245. Jarak ini relatif dekat karena memberi pandangan yang jelas pada satelit Amerika.

Selain itu, kedua objek Rusia dapat melihat banyak sisi USA 245 karena sifat orbitnya – yang menyebabkan pelacak satelit berspekulasi bahwa Cosmos 2542 dan Cosmos 2543 memang sedang memeriksa USA 245.

The Time melaporkan bahwa konfrontasi ini menandai pertama kalinya militer Amerika secara terbuka mengidentifikasi ancaman langsung terhadap satelit Amerika oleh musuh. Insiden itu paralel dengan situasi di darat antara Rusia dengan Amerika dan sekutunya, termasuk pertemuan jarak dekat antara tentara, jet tempur dan kapal perang di seluruh dunia. Pengamat khawatir bahwa ruang angkasa sekarang menawarkan teater baru untuk eskalasi permusuhan antara dua musuh lama tersebut.

“Apa yang dilakukan Rusia di luar angkasa memiliki potensi untuk menciptakan situasi berbahaya,” kata Raymond. “Kegiatan ini tidak mencerminkan perilaku negara-negara penjelajah ruang angkasa yang bertanggung jawab.”